Nalar Keimanan
Aras Aras | Terjelaskan sebelumnya bahwa manusialah yang mencari Tuhannya atas dasar naluri alamiahnya dan sekaligus kebutuhannya yang bersifat suci, kebutuhan akan Tuhan merupakan fitrah bagi manusia. Melalui mekanisme alamiah alam ini (sunnatullah) akan mampu menghantarkan manusia pada dasar pemahaman ketuhanan, namun itu semua masih bersifat absrak.
Untuk
menyempurnakan pemahaman ketuhanan yang abstrak itu, manusia membutuhkan lebih
dari sekedar naluriah semata. Dengan itu Tuhan 'kembali berperan’ dalam konteks
memudahkan umat manusia dengan menciptakan mekanisme lain, yakni konsep pewahyuan
(firman Tuhan) dan kenabian[1] sebagai
penghantar informasi-informasi valid tentang kebenaran DIRINYA sebagai Tuhan yang
diperlukan umat manusia.
Namun terjadi
persoalan mendasar pada umat manusia yakni mengalami kenisbian (serba
terbatas). Manusia itu nisbi (terbatas) itulah realitas yang terjadi. Contoh
nyata dari sifat keterbatasan manusia adalah tidak dapat mendengar suara dengan
jarak yang sangat jauh atau tidak mampu melihat sesuatu dengan jarak yang jauh
atau terhalang sesuatu di depannya.
Pada kasus firman
Tuhan manusia tidak dapat mendengarnya atau bahkan melihat eksistensi firman Tuhan pada sesuatu (baca juga : benda). Contohnya, manusia biasa tidak dapat
melihat eksistensi firman Tuhan pada Gunung, Air, Langit dll atau apa saya yang
dipahami sebagai ciptaan Tuhan. Kembali kita pertanyakan, apa sebab manusia (pada
umumnya) tidak mampu melihat dan mendengar firman Tuhan dari contoh di atas? Adalah
karena manusia itu nisbi.[2]
Untuk menyelesaikan
ketidakmampuan manusia mengenal Tuhan lewat firmannya, maka dihadirkan konsep kedua
yakni kenabian. Nabi juga adalah kalangan manusia namun dengan kemampuan yang
melebihi manusia pada umumnya.[3] Kalangan
Nabi diberikan kemampuan untuk menerima Firman Tuhan (An-Nisa 174).
Coba anda
bayangkan diri anda ditengah kesendirian nan gelap gulita tiba-tiba ada yang
memerintahkan untuk baca, atau mendengar suara tapi tidak melihat sumbernya.
Kemungkinan terburuk anda akan panik (takut) atau bahkan lari tunggang langgang dikira ada hantu. Tapi tidak dengan manusia dengan level kenabian, dia akan
sangat mengerti suara itu adalah faktor dari kebenaran absolut.
Untuk mengenal
Tuhan dengan benar tentu kita harus merujuk pada apa yang Tuhan sendiri
jelaskan. Penjelasan Tuhan tentang Diri-Nya sendiri lebih dikenal sebagai
firman ( Firman Tuhan). Lewat mekanisme konsep kenabian ini Tuhan memudahkan
umat manusia agar sampai kepada
kebenaran yang sejati yakni Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa. Nabi atau Rasul yang dipilih oleh
Allah sebagai perantara pengetahuan merupakan dari golongan umat manusia
menurut ruang dan waktu umat manusia itu hidup dan berkembang.
Maka, konsep kebenaran
yang absolut bersifat tetap tidak mengalami perubahan dari masa ke masa.
Namun masa kenabian
terhenti pada masa kenabian Muhammad SAW sekitar abad ke-6 Masehi, akan tetapi
meskipun masa kenabian telah habis, peran Tuhan dalam memudahkan umat manusia
menjemput fitrahnya Tuhan menciptakan mekanisme lainnya diantara dalam konsep
Wali atau dakwah islamiyah.
Dengan demikian,
manusia mana pun yang hendak mencari kebenaran absolut tentang Ketuhanan yang
Maha Esa, hendaklah merujuk pada sumber yang benar yakni melalui firman Tuhan
itu sendiri. Dan yang mampu menerima dan menginterpretasikan firman Tuhan agar
dapat dipahami oleh umat manusia adalah kalangan Nabi. Lalu siapakah yang dapat
memahami interpretasi dari Nabi? Akan saya ulas pada tulisan berikutnya.
Rate This Article
Post a Comment
Thanks for reading: Aras Atas | Membaca Islam, Nalar Ketauhidan, Sorry, my English is bad:)