Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated
Kulikan Logika Sontoloyo adalah Buku yang ditulis oleh Suwardi Rasyid. Buku ini menjelaskan berbagai realitas kehidupan sehari-hari.

Kulikan Logika Sontoloyo

SONTOLOYO

Aras Aras | “Sontoloyo!”...sebagian kita mungkin akan tersenyum membaca kata ini, terbayang pernah dimaki atau justru memaki menggunakan kata ini...atau justru sedikit geram karena punya pengalaman yang serasa “menghina” diri. Ya...kata sontoloyo belakangan semakin jauh dari pendengaran kita, mungkin “jaman now” tidak butuh lagi kata makian...sudah semakin baikkah...atau level kesopanan generasi muda kita semakin tinggi?...atau “sontoloyo itu adalah mereka dan kita”.

Kata sontoloyo itu adalah jenis kata makian umum yang menggelikan. Bahkan terkadang orang yang dimaki-pun ikut- ikut-an tersenyum. Bisa jadi antara yang memaki dan yang dimaki sama-sama tidak paham makna kata makian tersebut, tetapi selama itu “asik-asik aja” maka keduanya “keep moving together”...karena prinsipnya adalah “sekedar saling goda”, so dibawa happy aja !.

Sesungguhnya, istilah sontoloyo adalah milik “petani jawa”. Sebutan yang disematkan bagi pemilik pekerjaan pengembala itik atau bebek atau disebut juga Tukang Angon Bebek. Seorang sontoloyo biasanya mengembala beratus ekor bebek dengan cara berpindah dari satu sawah ke-sawah lainnya, mengikuti musim panen padi di daerah persawahan lahan milik orang yang mereka minta-i ijin tempat untuk menggembalakan bebeknya.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) punya “gaya” tersendiri terkait makna kata sontoloyo. KBBI mengartikannya sebagai; suatu perbuatan yang konyol, atau kebodohan yang menggelikan, serta perilaku tidak beres.

Lalu...kenapa bisa terjadi pergeseran makna yang sedemikian jauh?...Dari perbuatan konyol, trus menjadi umpatan?

Konon, kira-kira ceritanya begini...karena banyaknya jumlah bebek yang digembala oleh sontoloyo, sering kali terjadi kemacetan ketika bebek-bebek menyeberangi jalan, terlebih jalanan di-desa hari ini jumlah bebek dengan “motor bebek/metik” hampir imbang, karena jumlah gang dikampung nyaris sama jumlahnya dengan jumlah pematang sawah...dan peristiwa menyeberangnya pasukan bebek dengan sontoloyo-nya ini sering menimbulkan kekesalan para pengguna jalan...akibatnya lahirlah umpatan dari atas bebek metik dan bebek-bebek “bokong besar” lainnya...“dasar sontoloyo”... cepaaattt SONTOLOYO kita buru-buru nie...dan ekspresi lainnya boleh ditambahkan masing-masing (dalam hati saja !).

Umpatan tersebut akhirnya sering kali “tersematkan” kepada orang yang memiliki cara berpikir, berbicara, dan berbuat yang di luar pakem umum...”jika di luar jalur pakem umum adalah sontoloyo, lalu bagaimana dengan; berpikir, berbicara, dan berbuat sesuai jalur pakem umum namun tidak sesuai dengan “kepentingan” kelompok otoritas?” Sudah pasti hal itu pun adalah sontoloyo!.

Biar santai dengar istilah sontoloyo, dan ndak ngefek jika ada yang ngatain demikian, maka “ragukan semua informasi, sampai menemukan fakta yang sebenarnya” karena “Tidak ada yang benar-benar benar” (meminjam istilahnya Sabrang MDP), sembari menikmati nukilan satu karya kontroversi dari Soekarno (Presiden Pertama RI) yang berjudul Islam Sontoloyo. Artikel tersebut dimuat di Majalah Panji Islam pada tahun 1940. Tulisan ini bisa juga ditemukan dalam kumpulan tulisan Bung Karno yang berjudul Di Bawah Bendera Revolusi (terbit dua volume; tahun 1963 dan 1964). Artikel ini merupakan kritik Bung Karno terhadap kemunafikan orang-orang yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat pedesaan di Indonesia. Kritik atas perilaku Kiyai, atas pemikiran yang tidak seimbang tentang riba, dan perilaku “mem- beo” dari Ummat Islam terkait perkara hukum yang bersembunyi dibalik taklid. Berikut sebagian isi artikel Bung Karno yang berjudul Islam Sontoloyo..... 


ISLAM SONTOLOYO

Soekarno, Panji Islam 1940

April 1940. Harian Pemandangan, surat kabar yang terbit saat itu, menurunkan sebuah berita: seorang guru agama dijebloskan ke penjara karena memperkosa muridnya. Guru ngaji itu tak merasa bersalah dengan semua perbuatannya. Justru ia berdalih bahwa semua perbuatannya didasari oleh fikih. Ia telah melakukan akad terlebih dahulu, katanya.

Dituturkan, ihwal kelakuan si guru ngaji yang menjalankan salah satu ritual pengajian setiap malam jumat. Para murid diajak berdzikir dari maghrib hingga subuh. Sebelumnya, mereka harus meneriakkan kalimat “Saya muridnya Kiyai…. (nama kiyai itu)”. Dengan berseru demikian, katanya, Allah SWT mengampuni dosa- dosa mereka.

Diceritakan, sang guru itu setiap Jumat malam mengadakan pengajian. Dalam pengajian itu, murid lelaki dan perempuan dipisahkan. Alasannya karena mereka bukan muhrim. Santri-santri perempuan bahkan mengenakan tutup muka. Menurut keyakinan kiyai itu, muka dan suara perempuan adalah aurat yang tak boleh dilihat kecuali oleh muhrimnya.

Sang guru mulai menemukan masalah. Santri perempuankan harus ngaji. Tentu harus ada komunikasi langsung: bertatap muka dan berbicara. Padahal melihat mukanya saja dosa. Akal-punya akal, akhirnya beberapa muridnya itu dinikahi dulu biar jadi muhrim dan sah dilihat mukanya, juga sah berbicara dengannya. Sekarang, kiyai itu punya lisensi untuk tidak hanya mengajar dengan leluasa sebagaimana tujuan awalnya tetapi berbuat apa saja. Santri-santri perempuan hanya tahu bahwa akad nikah itu adalah semata-mata mekanisme “penghalalan” komunikasi dalam pengajaran.

Maka, yang jadi kiyainya, ia juga, yang jadi pengantinnya, ia juga. Caranya?

Kalau seorang murid lelaki yang punya istri, pertama, si suami diminta menjatuhkan talak tiga. Seketika juga perempuan itu dinikahkan dengan lelaki lain (kawan muridnya juga), menudian menalaknya lagi, berturut-turut tiga kali dinikahkan dan diceraikan lagi. Keempat kalinya dinikah oleh kiyainya sendiri.

Sedangkan yang gadis, tidak dinikahkan dulu, melainkan langsung dinikahi sang kiyai. (Bung Karno menyebut kiyai model ini dengan sebutan “Dajal”). Dengan demikian, tiap-tiap istri yang jadi muridnya, di mata murid yang lain pun, adalah istri daripada si Dajal itu sendiri. Termasuk kisah di Pemandangan itu. Di mana seorang gadis yang sudah dinikahi, dimasukkan ke bilik dan di situlah dirusak kehormatanya. Halal, dianggap sah, karena sudah diperistri!

(Pemberitaan itu mendapat reaksi keras dari Soekarno, dalam tulisannya di Panji Islam pada bulan yang sama). Menurutnya, itulah Islam sontoloyo. Dan perbutan itu memang sah, tapi, menurutnya, sah menurut paham Islam sontoloyo. Dalam metafornya, sebagaimana bisa kita baca dalam Di Bawah Bendera Revolusi, kiyai itu main kikebu dengan Tuhan. Main petak umpet dan mengelabui mata Tuhan. Bung Karno lantas menguraikan, Islam tidak menganggap fiqh sebagai satu-satunya tiang keagamaan. Tiang utama terletak pada ketundukan jiwa kita kepada Allah. Sesuatu perbuatan dosa dihalalkan menurut hukum fiqh. Tak ubahnya dengan tukang merentenkan uang yang menghalalkan ribanya.

Tahukah agan cara tukang riba itu menghalalkan pekerjaan ribanya? Agan mau pinjam uang dari pada si Nganu, dan sanggup bayar habis bulan Desember. Ia mengambil sehelai kain, atau sebuah kursi, atau cincin, atau sebuah batu, dan ia jual barang itu “op credit” kepada agan dengan harga 5 juta rupiah. “Tidak usah bayar kontan, habis bulan Desember saja bayar 5 juta rupiah itu”. Itu kain atau kursi atau cincin atau batu kini sudah menjadi milik agan karena sudah agan beli, meskipun “op credit”. Lantas ia beli kembali barang itu dari agan dengan harga kontan 4 juta rupiah. Nah inilah agan terima uang pembelian kontan yang 4 juta rupiah itu. Asal agan jangan lupa habis bulan Desember agan bayar utang kredit agan yang 5 juta rupiah itu!

Simpel comme bonjour! Kata orang Perancis, Artinya: tidak ada yang lebih mudah dari ini ! Bukan! Ini bukan riba, ini bukan merentenkan uang, ini commerce, jual beli, halal, syah, tidak dilarang oleh agama!

Benar, ini syah, ini halal, tapi halalnya Islam sontoloyo Halalnya orang yang mau main petak umpet dengan Tuhan, atau orang yang mau main “kucing - kucingan” dengan Tuhan. Dan, kalau mau memakai kata yang lebih jitu, halalnya orang yang mau mengelabui mata Tuhan!

Seolah - olah Tuhan dikelabui mata! Seolah - olah agama sudah dipenuhi atau sudah dilaksanakan, kalau dilahirkannya syariat saja sudah dikerjakan! Tapi tidaklah justru yang demikian ini sering sering kita jumpakan ?

Tidak justru Islam terlalu menganggap fiqih itu satu - satunya tiang keagamaan. Kita lupa, atau kita tidak mau tahu, bahwa tiang keagamaan adalah terutama sekali berada didalam ketundukan kita punya jiwa pada Allah. Kita lupa bahwa fiqih itu, meskipun sudah kita saring semurni-murninya, belum mencukupi semua kebutuhan agama. Belum dapat memenuhi persyaratan ke Tuhanan yang sejati, yang juga berhajat kepada Tauhid, kepada Ahlak, kepada kebaktian Rohani, dan kepada Allah SWT.


Nukilan ceritanya cukup...yang penasaran cari sendiri.

Andai Bung Karno masih ada, kesimpulannya kira-kira begini: “Saya menulis ini tidak untuk ‘meragukan’ agama islam, tapi meragukan ummatnya, dengan harapan kita semua sadar agar Islam kita tidak Islam Sontoloyo”.

Masih ada antipati atas kata sontoloyo?, Maka mari kita coba untuk keluar dari ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan ini; mari kita merdeka-kan diri dalam berpikir, berbicara, dan berbuat. Menjadi “sontoloyo” dalam satu konsep berpikir yang merdeka... yang teraktualisasi dalam tata laku yang bijaksana untuk sebuah kemaslahatan tanpa harus menjadikan orang lain “sontoloyo” adalah rahmatan lil alamin.


***


PROFIL PENULIS

Bonang adalah nama kecil penulis. Aslinya adalah Suwardi Rasyid. Lahir di Lombok Timur, 27 Oktober 1977. Tamatan IKIP Negeri Singaraja Jurusan Pendidikan Sejarah, Sosiologi dan Antropologi ini punya hobi yang kuat dalam bidang membaca, menulis dan berdiskusi...namun ini adalah karya pertamanya yang naek cetak (hehehehe...). Senang belajar bersama dalam komunitas dan organisasi menjadikannya orang yang suka “mengaduk-aduk logika” dalam diskusi.

Sensitifitas penulis berkembang sebagai akibat dari banyaknya sentuhan psikologis perempuan dalam hidupnya (mungkin lo ya...); dua orang Ibu (Sri Wulan Alm., dan Mulia Awarni), lima orang saudara perempuan (Sri Suharti, Sri Ernawati, Sri Wahyuni, Sri Rahayu, dan si bungsu Sri Saptini). Tiga lelaki tangguh melengkapi liuk-liku hidupnya (Ayah = Tuan Radi Alm.; saudara Sriadi Alm.,dan Sudiman Nur Fajri), dan tidak lupa juga bahwa nuansa kebersamaan keluarga petani adalah yang utama.

Jenjang pedidikan SD, SMP, SMA ia lalui di Lombok Timur (SD Negeri 1 Kesik/Masbagik, SMP Negeri 1 Sikur, SMA Negeri 1 Terara). Semasa kuliah, secara kebetulan pembelajaran penting tentang “peduli” didapatkan pada Era Gerakan Reformasi, era yang mengharuskannya untuk banyak belajar kepada senior-seniornya. Penulis pernah juga bergabung dalam UKM Mapala Loka Samgraha IKIP Negeri Singaraja, dan belajar dalam organisasi ekstra kampus (Himpunan mahasiswa Islam – Cabang Singaraja/kini). Untuk melanjutkan hobi di alam bebas, penulis pernah ikut menjadi pengurus FPTI (Federasi Panjat Tebing) Kabupaten Buleleng – Bali.

Hingga saat ini, penulis bertugas sebagai pengajar mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Gerokgak – Buleleng – Bali. 

Dalam kesederhanaan fasilitas komunikasi penulis dengan majelis pembaca bisa bersilaturrahim lewat HP. 087 859 866 252, atau FB : Bonang’SRW. Terimakasih. 

Terakhir, tentang keluarga Kecil penulis : Martini (istri), Shri Loma Wiraditya Pangestu (Putra), dan Sirah Zayani Panuluh (Putri)...

”Ikat Keluarga dalam Diri, dan Ikat Diri dalam Keluarga menuju Baiti Jannati...Amiinnn!”.



Baca juga :

Rate This Article

Thanks for reading: Kulikan Logika Sontoloyo | Oleh : Suwardi Rasyid, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //