Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Join our telegram Contact Us Join Now!
Aras Atas | Jalan Juang
Aras Atas | Jalan Juang

Aras Atas | Jalan Juang

PENDAHULUAN

Aras Atas - Dalam keadaan yang normal melihat Indonesia secara kultur, Geografis, potensi SDM dan SDA, harusnya menjadi negara yang super kaya, maka dengan kekayaan yang super ini menjadikan Indonesia negara yang maju, kemaslahatan seluruh rakyat pastilah terjamin, karena ditopang dengan kekayaan alamnya. Namun pada sisi yang lain, kekayaan alam Indonesia yang kita kenal ini, tidak akan bermanfaat bila tidak dikelola dengan benar, maka sudah barang tentu membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten. Selain sumber daya manusia, kita juga membutuhkan sistem pengelolaan yang sejalan dengan kekayaan dan kebutuhan bangsa ini.

Tanpa harus menarik kecurigaan yang berlebih, berdialektika dalam semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara harus tetap dikembangkan, berspekulasi atas tiap kemungkinan peristiwa disebabkan oleh adanya pihak lain yang secara sengaja menjadikan bangsa Indonesia seperti ini (ajang bagi-bagi keuntungan atas penguasaan terhadap aset nega-a) pun tetap mendapatkan ruang. Hal ini akan menumbuhkembangkan semangat peduli untuk menjaga keutuhan dan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Romantisme atas kebesaran sejarah bangsa Indonesia jauh sebelum penjajahan berlangsung sangatlah luar biasa, dan generasi muda bangsa sudah semakin pudar kesadarannya atas itu. Untuk itu Pemerintah Indonesia juga harus betul-betul rasional dalam melihat dan menganalisa isu, melahirkan kebijakan yang akan bersentuhan langsung dengan masyarakat bawah yang benar-benar bisa diterima dengan akal sederhana. Semua ini adalah tanggungjawab semua pihak, terutama Pemerintah dan koorporation, bukan justru berkoorporasi untuk keuntungan pribadi dan kelompok.

Dengan fakta kekayaan alam Indonesia yang harusnya menjadi negara maju, malah terbalik dengan fakta negara ini tidak berkembang sama sekali. Sebabnya karena faktor luar memang terjadi, tapi faktor dalam juah lebih besar pengaruhnya. Bukan rahasia umum lagi, bilamana pemimpin kita sudah berjanji pada rakyatnya maka ingkar janji pun turut serta dalam cerita selanjutnya. Watak ini cukup menjadi momok dalam perjalanan kebangasaan kita khususnya dalam panggung politik (praktis), ditambah lagi sistem seakan memberi ruang bila tidak memberi janji tidak pula terpilih. Yang bermasalah orangnya atau kah sistemnya? Ini sulit diterangkan dengan cara yang gegabah tanpa rasionalisasi yang kuat.

Ada semacam mentalitas kebangsaan yang harus kita benahi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam buku Jawa Tempo Doeloe, ditulis oleh James R. Rus menceritakan bagaimana realita kehidupan manusia Jawa saat itu penuh dengan mistik, kotor, malas, tidak beradab dll. Meski James terkategori sebagi penulis orientalis, namun layak dijadikan rujukan (sementara). Lebih lanjut dalam buku ini menceritakan sebagian besar manusia Indonesia yang jauh dari kriteria manusia yang berperadaban, ini terjadi pada manusia Indonesia di masa sebelum masuknya penjajahan. Pada pembahasan lanjutannya pada era-era awal kemerdekaan manusia Indonesia masih saja digambarkan jelek sifatnya, gampang menerima suap, tidak amanah dan terlebih lagi tidak memiliki visi hidup berbangsa dan bernegara.[1]

Apa yang diungkap oleh James di atas, lebih awal telah ditulisan Mochtar Lubis dalam bukunya “Manusia Indonesia”, yang menggambarkan tidak kalah “buruk” dari pemikir orientalis sehingga perih bila menerima kenyataannya. Terdapat sifat dasar yang jelek dari manusia Indonesia, yang entah dari kapan terbentuk dan menjadi karakter sulit diselami dengan pasti. Ciri-ciri yang disebut oleh Mochtar Lubis sebagai ciri manusia Indonesia diantaranya, munafik, segan, kurang bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya takhayu, berwatak lemah dan hanya satu yang positif yakni berjiwa estetik(berbau seni/kreatif).[2] Mungkin penulis bisa menambahkan beberapa seperti, iri hati atau dengki, suka menggunjing disamping banyak juga ciri-ciri yang sangat positif yang kemudian menjadi cerminan kebudayaan bangsa.

Banyak kecaman atas tulisannya tentang manusia Indonesia, Mochtar dianggap berlebihan dalam mengurai “Manusia Indonesia”. Dia sempat diminta untuk menarik kembali kata-katanya (kriteria yang disematkan kepada manusia Indonesia), namun Mochtar bersikukuh dengan penilaiannya dan tidak mau menarik kembali apa yang sudah dia tulis, meski pun diminta oleh pelbagai pihak. Mochtar membalasnya dengan lebih pedih lagi dan mengatakan, tidak ada yang berubah dari manusia Indonesia, malah “semakin parah”.

Mengacu pada dua paradigma di atas, sekali pun belum bisa dipertangungjawabkan bahwa manusia Indonesia benar-benar memiliki watak yang buruk, namun patut juga dijadikan bahan renungan bagi kita.

Menelisik sejarah perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang dipengaruhi oleh rentetan sejarah, ini terbangun dari sistem dan pengalaman empirik dari manusianya yang panjang. Pengaruh ini dapat ditelaah dari sistem kerajaan-kerajaan Nusantara kala itu (raja-raja yang terbentuk/dibentuk di bawah tekanan penjajah), yang kurang memperhatikan sisi kemanusiannya dan terlalu fokus pada program pembangunan infrastruktur pemerintahan, dan pola ini masih terbawa-bawa sampai sekarang. Disadari atau tidak pola-pola ini memberi dampak yang kuat pada psikologi masyarakat kita. Pada masa penjajahan Hindia Belanda, dengan Vereenigde Oost Indische Compagnie atau disingkat VOC sebagai perpanjangan tangannya, kondisinya semakin parah, di mana situasi psikologi masyarakat semakin ditekan dari segala arah, dijadikan budak tanpa berpikir yang dia tahu adalah kerja sesuai perintah jika membangkang akan disangsi bahkan disiksa. VOC kala itu tidak saja menekan sisi ekonomi bangsa, melainkan sampai sistem pemerintahan, politik, dan pendidikan juga menjadi medan penguasaan mereka, yang dikekola dalam bentuk perusahaan.[3]

Situasional seperti ini membentuk secara perlahan hingga berganti generasi, kondisi dimana manusianya tidak mampu membela diri, jangankan mebela diri berkeluh kesah dan didengar majikannya (raja-raja) akan menambah persoalan. Kondisi ini terjadi cukup lama, hingga membentuk sifat masyarakat menjadi sungkan, penakut, tidak berani ambil risiko, pendiam karena memendam perasaan, hidup dengan kepura-puraan yang dipaksakan karena rasa takut dan sungkan hingga bulat menjadi munafik seperti yang diutarakan Mochtar Lubis dalam bukunya.

...Kemudian VOC mengalami kebangkrutan yang luar biasa, bukan persoalan kalah dalam peperangan (konvensional), melainkan karena perilaku korup dari internal VOC sendiri. Praktek korup dari VOC ini yang kemudiann menular ke dalam masyarakat luas, yang akhirnya membawa kebangkrutan besar dari VOC sendiri. Maka mereka merubah pola kekuasaan mutlak menjadi kekuasaan yang bersahabat, menjadikan raja-raja kecil disetiap sudut Nusantara sebagai kaki-tangan mereka.[4] VOC kemudian tidak lagi bersentuhan secara penuh dengan masyarakat bawah, melainkan penguasa-penguasa atau raja-raja kecil dijadikan kaki-tangan mereka, untuk merayap, menghisap darah masyarakat kecil dengan sistem pungutan pajak dan disetor pada pemerintaha Belanda. Bayangkan saja, dengan situasi serba susah lantas dipungutkan pajak secara paksa, apa kira-kira masyarakat merasa nyaman? Pengalaman panjang bangsa Indonesia bersama VOC ditambah lagi adanya orang pribumi yang diberikuasaan (raja-raja kecil) yang turut menindas telah meninggalkan jejak yang buruk bagi masyarakat, rasa trauma telah menyentuh kejiwaan masyarakat kita menjadi bermental “babu” (bermental bawahan, dipandang seperempat manusia) hingga terbawa-bawa dikehidupan mereka selanjutnya.

Kenyataan baru yang dihadapi bangsa ini adalah, tersisihnya anak negeri di pelbagai bidang dalam dunia profesional kerja, zaman memang bukan lagi zaman penjajahan, tapi situasi masih tidak menguntungkan bagi pribumi. Belum lagi persaingan antar saudara (sebangsa) sepertinya mengabaikan ikatan kebangsaan yang sudah dibangun sejak lama, perilaku korup oleh elit pejabat, mengisap darah masyarakat kecil dengan pola tidak jauh berbeda dengan zaman VOC.

Masyarakat sudah pandai memprotes, pengalaman panjang setidaknya sudah mampu mereka simpulkan, kenapa masih saja susah? Telah banyak kita dengar dan pelajari, bangsa ini menyimpan sejuta keluhuran dari nenek moyangnya. Kini mudah sekali dipertanyakan, apakah peninggalan-peninggalan leluhur itu masih cocok dengan kebutuhan zaman modern ini? Kehidupan kemanusiaan orang-orang Indonesia sungguh telah jauh dari nilai-nilai luhur bangsa yang dulu. Masalah yang tidak baik dalam bangsa ini seperti tidak pernah ada habisnya, bahkan sepi peminat dalam memperbaiki situasi yang sudah terlanjur rusak ini, saya berharap semoga ini hanya kegelisahan pribadi saya saja dan juga semoga saya salah, pada apa yang sering dikhawatirkan tentang hancurnya Indonesia sebagai NKRI.

Oleh karena pengalaman panjang ini pula kita sebagai masyarakat menerima sistem yang lebih menjajikan, di mana kita sendiri yang menentukan siapa yang layak atau baik dijadikan pemimpin, bukan orang yang menindas dan memperbudak rakyatnya sendiri seperi cerita masa lalu. Bahkan sistem ini membolehkan kita sendiri maju menawarkan diri sebagai solusi atas pengalaman buruk dalam sejarah itu, berjanji jika terpilih akan adil dan mensejahterajan, ratu adil lahir dari segala penjuru mata angin. Tapi akhirnya sama saja, tohk ingkar janji juga, menindas juga meski secara tidak langsung. Lagi-lagi ulasan buku Jawa Tempo Doloe dan Manusia Indonesia menghantui kenyataan hidup kita sendiri.


Catatan:

[1] James R. Rus, Jawa Tempo Doeloe, satu buku kumpulan cerita perjalanan orang-orang luar yang datang ke Indonesia dari zaman sebelum penjajahan, masa penjajahan, masa kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan.

[2] Mochtar Lubis, Manusia Indonesia, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012.

[3] Reden Rachmadi, Pahlawan, Boleh Siapa saja, sub pembahasa; Antara Kursi dan Korupsi, hlm 27-29. Thn 2018

[4] Ibid.

Rate This Article

Post a Comment

Thanks for reading: Aras Atas | Jalan Juang, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //