Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Join our telegram Contact Us Join Now!

Anak Anak Negeri : Literasi III

Novel Anak-Anak Negeri

LITERASI III


"Mar.. udah ketemu Mas Yanto"

"Terakhir ketemu di sini.."

"Terus, apa kelanjtannya?"

"ow,, iya.. baru ingat, Mas Yan minta aku omongkan ke Mbah,,,"

"Apaan???" Tanya Imad penasaran..

"Mau pinjam tempat, nanti kita rapat dulu bahas kelanjutan yang kemarin... Bantu aku susun draf rapat nanti ya.. nanti buatnya barang aja" Tegas Damar

"Diamana?"..

"Di Kosan mu saja,,"

"Oke,, Oke" Sahut Imad...

"Mbah... "Panggil Damar, sambil ke arah Mbah Mejan

"Iyaa Nak Damar"....

"Masih sibuk,, boleh saya ganggu?"

"Yoo Jangan,..... udah tau begini mau kamu ganggu-ganggu" Sahut Mbah dengan nada bercanda.. Iman tak tahan untuk tertawa...

Damar jadi salah tingkah, maksudnya ingin minta waktu perihal apa warungnya bisa dipinjam untuk temapat rapat.. Sambil cengengesan Damar menghampiri Mbah Mejan

"Mbah, kami mau ada rapat,, maksudnya mau pinjam tempat"

"Rame-rame ta?"

"Yaa lima sampe tujuh orang?"

"Kapan Damar?"

"Minggu depan Mbah,, masih diomongkan dulu sama Mas Yanto"

"Gus Yan yang kemarin?" Mbah memastikan

"Iya Mbah...." Damar berusaha menegaskan..

"Iya boleh Damar,, Nanti bilang ya kalau jadi rapatnya,, biar Mbah bantu siapin"

"Terimakasih Mbah" Penuh semangat Damar mengucap..

Akhirnya orang yang dinanti kembali juga,, Pak Sand berjalan ke arah warung... Tidak sendiri kali ini datang dengan anak perempuan. Pak Sand mengenakan baju yang berbeda, kemeja santai, warna merah, motif bunga 'Bunga Lyli' menambah arti yang lebih segar. Terlihat elegan, cocok untuk waktu siang hari, pilihan yang cocok juga untuk cuaca Surabaya yang panas.

Pak Sand sudah mulai menyeberang jalan, tangannya terus menggenggam tangan anaknya, terus menoleh ke kiri dan kanan, memastikan jalanan sudah aman untuk diseberangi. Damar dan Imad terus memandang ke arah Pak Sand, yang tak kalah menggoda baju biru langit dari perempuan cilik di samping Pak Sand, terlihat kontras, tapi masing-masing berdiri pada keunikan warna masing-masing. Mbah Mejan tetap asyik mempersiapkan seperangkat alat dapurnya, Ia belum sadar ada yang datang membawa kebahagiaan khusus baginya..

"Mbaaaah" teriak Gadis Cilik nan anggun melekat ditelinga Mbah Mejan..

Mbah yang sedari tadi sibuk sendiri, seketika berhenti, tak butuh waktu untuk mengenal suara siapa gerangan. Mbah membersihkan tangan dengan kilat, keluar menyambut si pemilik suara. "Putri,, Cantik".. suara setengah menahan teriak,, putri dengan cepat berlari langsung ke dekapan Mbah Mejan.

Imad dan Damar melebarkan senyum, menyaksikan raut wajah bahagia Mbah Mejan, mereka berdua mencoba mencerna bagaimana ceritanya kedekatan orang tua dan anak cilik ini. Seperti menyaksikan dua sejoli yang terpisah jauh dan lama, kemudian dipertemukan kembali. Tak memperdulikan Imad dan Damar, Mbah tetap asyik memeluk anak kecilnya Pak Sand, mencubit pipinya dengan rasa kasih sayang, mengendong sejenak sebagai tanda rindu yang begitu kuat. Sambil di atas gendongan Mbah, Putri bertanya dan menuntut protes, "Mbah, kenapa ndak main ke rumah Putri lagi," sambil berjalan mondar-mandir Mbah meletak putri di kursi. ini hanya trik orang yang sudah terlalu tua untuk berhenti mengendong. Mbah menjawab pertanyaan putri seadanya, karena memang Mbah tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana itu. Imad dan Damar masih memperhatikan tingkah Mbah dan Putri, dibenak Imad, anak kecil seperti Putri bisa menjadi alasan kebahagiaan bagi orang seumur Mbah Mejan. Pikiran Damar dan Imad seketika teralihkan oleh pertanyaan Pak Sand,,

"Kalian sudah makan Siang?"...

"Masih saya siapkan Sand..." yang jawab adalah Mbah selaku Tuan Rumah..

Damar dan Imad jadi sedikit kikuk, pertanyaan seperti itu menjadi penuh arti bagi anak-anak kos, apalagi Mahasiswa perantauan seperti Imad dan Damar. Kalau Damar masih terbilang aman, karena memang dia dari latar keluarga yang cukup mampu, soal isi perut tidak mengkhawatirkan. Jadi pertanyaan Pak Sand baru saja, sangat berarti bagi Imad, yang jelas dia hanya menipu perutnya dengan air putih yang tersisa di meja.

"oww nggih Mbah, nanti kita makan bareng di sini" Tegas pak Sand..

"Sampai dimana diskusi kita tadi?" Pak Sand memancing ingatan keduanya...

"Soal ingatan, distraksi, literasi, jika tak salah ingat Pak" Sahu Imad sedikit ragu,,,

"Ow iya,, dari tadi baru disitu ya?" Pak Sand kembali menggoda,.

"hehe,, hee hehe" Damar dan Imad kompak cengengesan..

"Oke,, yang kita diskusi dari tadi, masih berkutat diruang pemahaman, masih jauh dengan ruang pengalaman.. kira-kira begitu ya?" Pak Sand memancing lagi,, sambil menatap tajam ke arah dua pemuda itu...

"Iya,," sahut Imad, sementara Damar juga manjawab "Iya" dalam hatinya..

"Tapi,, itu jika berbicara soal kalian?' 

Nada Pak Sand sedikit ditekan... sambil memperhatikan gesture Damar dan Imad, Pak Sand menyeruput kopinya. Suara seruputan terdengar pula Oleh Damar dan Imad, Pak Sand memang sengaja mengeraskan seruputan kopinya, ini cara dia menggoda nyali keduanya agar terus terfokus padanya. Iya, Damar dan Imad merasakan sedikit maksud dari Pak Sand. Diskusi ini memang tidak imbang, Pak Sand kaya akan refrensi, pengalaman serta kaya pula dengan perbendaharaan kata. Damar dan Imad diibaratkan masih amatiran. Semestinya, Damar dan Imad hanya cukup menyimak seperti siswa dalam kelas yang sedang mendengar penjelasan gurunya di depan, paham tidak paham yang penting materi tersampaikan, untuk mengujinya nanti saat ulangan. Tapi, ini bukan guru kelas, Ini Pak Sand yang mahir membolak-balikkan psikologi lawan bicara, menjungkir balikkan logika lawan diskusi, disini ada Seni Peran, dan Pak Sand sedang memerankan diri sebagai Guru yang tak biasa.

"Menurut kalian, sepenting apa literasi itu?" Pak Sand Memulai lagi...

Damar dan Imad dipaksa untuk memerah pengetahuannya, seperti memerah keringat yang terserap pakaian di badan..

"Ayo-ayo... Sand ajak anak-anak makan dulu,, nanti lagi diskusinya" Suara Mbah Menyudahi pikiran buntu Imad dan Damar..


Aras Aras | Bersambung...

Rate This Article

Thanks for reading: Anak Anak Negeri : Literasi III, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //