Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Join our telegram Contact Us Join Now!

Anak-Anak Negeri, Novel Tentang Kepemudaan : Literasi

Novel Anak-Anak Negeri

 

LITERASI

Damar menyalami Mbah Mejan dan Pak Sand penuh takdim. Mbah Mejan bangkit dari kursi mempersilahkan Damar untuk duduk di kursinya tadi.

“Duduk di sini Damar”....

“Ndak usah Mbah, saya ambil yang lain saja,”

“Udah,, duduk saja, Mbah sambil siapkan minum juga.. Damar Kopi apa Teh?

“Kopi saja  Mbah..”

Semenjak di Kota ini, Damar sudah terbiasa minum kopi, tepatnya semenjak kisa batu yang lalu. Hampir-hampir tak menolak jika ditawari kopi, mungkin ini sudah masuk mendekati “Candu”.

“Dari mana, Damar?” Tanya Pak Sand.

“Dari rumah Pak Tadi,,” Damar menjawab dengan mimik yang kikuk...

“Habis dari rumah saya?,,, barusan ini?”

“Iya. He hee hehen”

“Ow a alah... Ketemu Istri Pak tadi?

“Iya,,” masih dengan mimik yang sungkan

“Terus bilang Pak ada di sini?”

“Ndak Pak Sand, tadi pas tau Pak ndak ada di rumah, saya langsung pamit,, karena belum mau balik ke kos, jadi saya mampir ke sini”

“Pak Sand sudah lama di warung?” Basa-basi Damar ingin memecah kesungkanannya...

“Ndak juga..”

Mbah datang membawa nampan berisi Teko, Gelas, Pisang Goreng, dan satu Toples kecil berisi Gula.

“Aaaa,, monggo-monggo Ngopi dulu kita..... Gulanya atur sendiri saja...”

“Damar barusan dari rumah ku, Mbah”

“lah,, iya ta?

“heh.ehe. ehe,e.he” Damar kikuk lagi..

Tapi dari tadi, “ekor” padangan Damar selalu tertuju pada tumpukan buku di atas etalase samping kanan Pak Sand. Ada empat buku, tiga di atas etalase, satu lengket di tangan Pak Sand. Tiga buku di etalase jelas terbaca oleh Damar. “Alam Pikir Yunani”, Mohammad Hatta ada paling atas, di bagian ke dua dari atas berjudul “Dimensi Manusia dalam Pembangunan” oleh Soedjatmoko. Dan yang paling bawah “Manusia Indonesia” Mochtar Lubis. Satu buku di tangan Pak Sand judulnya tidak terbaca oleh Damar. 

Mbah Mejan sudah duduk di kursi baru, sambil menuangkan Kopi ke tiga gelas. “Damar masukan gula sendiri ya, kalau Pak Sand sukanya Kopi Pahit..”

“Kehidupannya sudah manis, Kopi masih juga Pahit,,” disambut tawa dari Pak Sand..

Sebenarnya, Pak Sand tahu mata damar sekilas selalu tertuju pada buku-buku di sampingnya. Ini kesempatan baginya untuk meneruskan ketertarikan Damar dengan apa yang dia lihat.

“Damar suka baca buku?”

“Hee, hehe,ehz.. Hampir ndak pernah Pak”

“Berarti pernah ya..” Goda Pak Sand..

“Yaa. Buku-buku kuliah saja pak”

“Oww,, Buku seperti ini pernah?” Sambil menunjuk tiga tumpukan buku di sebelah kanannya..

“Belum Pernah... Pak”...

“Dulu dikalangan kami,, jika tidak membaca, itu dianggap tabu, bahkan bisa jadi bulan-bulanan saat ada diskusi”..

Damar menyimak dengan khidmat... Damar tidak banyak berargumen kali ini, apa sebabnya?. Bisa saja dia masih diselimuti rasa sungkan, atau memang tema pembahasan masih di luar jangkauan nalarnya. Diam lebih baik bagi dia, karena memang tidak ada data di Memory kepalanya untuk diolah menjadi argumentasi. Literasi adalah hal jarang ia tekuni.

“Apa Dosen-dosen mu tidak mendorong mahasiswa-mahasiswanya untuk lebih pamor dengan Bacaan?” Lanjut Pak Sand.. Damar terlihat serba salah.

Mbah Mejan turut menyimak dengan ta'dzim,, Dia kenal Pak Sand lebih dari siapa pun, Jika Pak Sand sudah menyinggung Literasi waktu pun akan turut menyimak. Sembari Mbah melihat raut dan gesture Damar yang mulai mematung.

“Damar, kamu tahu kenapa seseorang harus membaca?” Pak Sand memulai lagi,,

Damar ragu untuk menjawab,,,

“Jika tidak berani memastikan, kira-kira saja!!”... Sambil melepas senyum ke arah Damar yang kelihatannya tegang..

“eee,, mungkin supaya tahu?”.... Jawab Damar dengan Ragu...

“Mau ganti jawaban atau cukup?,,” Pak Sand sedikit melonggarkan saraf Damar dengan pertanyaan gurau... “Saya lihat kamu agak tegang... Santai Damar, jangan kaku, ini Diskusi, bukan penghakiman”..

Damar mulai tertawa untuk membenahi saraf-sarafnya yang kaku tadi..

“Saya coba dulu dengan jawaban yang itu” Damar menjawab dengan niatan menyambut candaan Pak Sand..

“Oke,, Supaya Tahu ya...” ....... 

“Jawabanmu bisa saja benar, jika berkaitan dengan teori kebutuhan. Ada satu teori yang berkaitan dengan jawabanmu tadi Damar, dikemukakan oleh Abraham Maslow. Dia menyebutnya dengan ‘Hierarki Kebutuhan’. Manusia bertindak (berbuat sesuatu) setidaknya karena terikat oleh kebutuhan mereka, atau memang manusia dalam aktivitas kehidupannya manusia memang harus memenuhi kebutuhannya. Maslow menyusun lima tingkatan kebutuhan yang dialami oleh manusia, diantaranya, Pertama dari bawah, Physiological Needs (Kebutuhan Fisiologi), Kedua Safety Needs (Kebutuhan Keamanan), Ketiga Belongingness & Love Needs (Kebutuhan Percaya dan Cinta Kasih), Keempat Esteem Needs (Kebutuhan untuk Dihargai), Kelima dan ini yang paling tinggi dari semua tingkatan, Self Actualization (Kebutuhan Aktualisasi Diri). Menurut Damar ada pada tingkatan yang mana jika jawabanmu tadi dibawa ke dalam teori hierarki kebutuhan Maslow?”..

“eeee,, “ Damar meraba-raba nalarnya untuk memastikan jawabannya

Damar memang menyimak dengan khusuk, tapi tidak sepenuhnya paham dengan penjelasan Pak Sand, selain pembahasannya yang masih asing, Damar juga cukup paham dengan sebagian penjelasan Pak Sand.. Pilihan terbaik bagi Damar bukan menjawab, melainkan harus bertanya lagi untuk memperkuat simpul-simpul nalarnya. Pak mengerti Damar sedikit kebingungan..

"Atau saya ubah pertanyaannya, Tadi Damar pernah membaca buku, meski baru sebatas buku-buku yang berkaitan dengan Materi perkuliahan, karena memang ada kebutuhan yang terpenuhi,, kira-kira kalau saya tebak, ya kebutuhan sebab akibat antara dosen dan mahasiswanya... begitu kira-kira ya? Pak Sand ini memastikan kesimpulannya ini dipahami Damar,,

"Iya, Pak,, hahahaha" Jawab Damar singkat

"Kembali ke pertanyaannya, ada di tingkat yang mana jika perbuatan mu tadi di bawa ke dalam teori 'Hierarki Kebutuhan' Maslow". Jelas Pak Sand..

Damar mulai mengerti,, sepertinya akan menjawab tanpa ragu...

Baca Literasi II


Tentang Novel

Aras Aras | Anak-anak Negeri adalah novel yang menceritakan Tentang Kepemudaan, Novel ini akan dimuat dalam Blog Aras Atas secara berkala.

Novel ini menceritakan sekelompok pemuda yang sedang menempuh pendidikan Strata 1 di Surabaya. Mereka datang dari berbagai daerah. Tokoh dalam Novel di antaranya Damar, Yanto, Imad, Tomy, Dani, Amar dan Amir (Si Kembar). Mereka semua adalah pemuda yang sedang haus akan Ilmu Pengetahuan dan Penempaan Diri sebagai Pemuda. Mereka banyak mendiskusikan realitas kehidupan, sebagian dari yang mereka diskusi dalam Novel adalah adaptasi dari realitas yang sesungguhnya, namun dikemas menjadi dialog novel. Lanjut Baca

Rate This Article

Thanks for reading: Anak-Anak Negeri, Novel Tentang Kepemudaan : Literasi, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //