Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Join our telegram Contact Us Join Now!

Kulikan Logika Sontoloyo | Pilih Mencontek Atau Mengintip

Kulikan Logika Sontoloyo adalah Buku yang ditulis oleh Suwardi Rasyid. Buku ini menjelaskan berbagai realitas kehidupan sehari-hari.

PILIH MENCONTEK ATAU MENGINTIP ?

Pada senja sehabis hujan, Sontoloyo pulang lebih awal... setelah membersihkan diri, dan istirahat sejenak sampai safak merah senja hilang, ia sempatkan diri bercengkrama ria di pos kamling pojok kampung. Dia dapati putra tokoh kampungnya yang sekolah di kota sedang asyik bercerita dengan beberapa orang tua...dari kejauhan mereka terlihat semangat, terkadang diselingi suara gelakan renyah...

“eh...Sontoloyo...tumben gabung, bebek-bebek aman?”, sapa anak muda sambil bersalaman. Sontoloyo menjawab dengan senyum sambil menyalami semua orang yang ada di poskambling. Cerita anak muda langsung berlanjut...Entah bagaimana awal cerita, yang Sontoloyo dapati cerita anak muda itu sudah sampe... Memang...”dasar mahasiswa sontoloyo!” maki seorang Bapak Dosen paruh baya dengan penampilan yang necis; kerah berdasi, kemeja disetrika licin, dengan gesper gambar dua kelinci, lengkap dengan sepatu kulit yang mengkilat, didepan sebuah ruangan yang didalamnya terlihat beberapa anak muda yang pastinya mereka adalah mahasiswa yang sedang konsultasi. Mereka nampak nyengir kecut mendengar gerutu sang dosen. Satu diantara mereka mencoba mencairkan suasana...”selamat sore Prof.”, sapanya santun sembari sedikit menundukkan wajah tanda hormat. “Kok marah-marah Prof?”...tanya si dosen pembimbing. Sang Profesor menimpali masih sedikit kecut “ini teman Bapak ngabarin dari Amerika, satu orang mahasiswa program magister dikeluarkan dari kampusnya!”...sontak semua yang ada diruangan menoleh pada sang Profesor. “emang ada kasus apa Prof.?”...tanya mahasiswa dan dosen lain hampir serentak. “dasar mahasiswa sontoloyo, kerjanya kok mencontek!” ketus Prof. menjawab. “Monash University itu lumayan favorit... eh malah nyontek...sontoloyo – sontoloyo”...Profesor terus ngoceh meluahkan kejengkelannya. “Kalian jangan sampe coba-coba ya!”, tegasnya sambil menatap tajam para mahasiswa. “InsyaAllah Prof.“ jawab mahasiswa dengan raut wajah tak pasti...”untuk tidak mencontek saja kalian pake InsyaAllah”, gerutu Profesor sambil berlalu pergi.

Percakapan konsultasi yang tadinya serius berubah menjadi sedikit rumpi. Pak dosen pembimbing menggeser tempat duduknya sedikit santai sambil bertanya, “kalian paham apa pengertian mencontek, sehingga Pak Prof. tadi begitu marahnya?”...tanpa menunggu mahasiswanya menjawab dosen pembimbing sambil sedikit memberi kode agar pintu sedikit di tutup karena akan merokok sambil menjabarkan pemahamannya tentang makna mencontek. “Mencontek itu, sama dengan meniru. Meniru itu sama artinya tidak percaya diri”...sejenak dia berhenti karena menikmati sedotan rokoknya. “jika kalian mencontek, itu sama artinya dengan kalian tidak jujur...sama artinya dengan kalian tidak menghargai diri sendiri, membuat rugi diri sendiri!”...paham kalian tegasnya. Para mahasiswa menatap lugu dosen pembimbingnya, sambil berharap ditawari sebatang rokok gratisan milik sang dosen pembimbing.

“di Al Jazair...kalian tau Al Jazair?” tanya sang dosen sambil tersenyum nyindir...”tahun 2016 Menteri Pendidikan Aljazair, Nouria Benghabrit melakukan pemblokiran jaringan internet selama ujian nasional, langkah ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran soal dan jawaban ujian”...jelas sang dosen...”kira-kira negara kita dengan menteri pendidikan kita berani ndak ya?”... celotehnya lagi sambil menatap satu-satu wajah mahasiswanya.

Seorang mahasiswa angkat bicara “mohon maaf Pak, saya mau berpendapat”, katanya sopan “tapi. ijin untuk diskusi kita ini agar tidak mengganggu penilaian”...lanjutnya sedikit nyengir Pak dosen pembimbing tertawa terpingkal sambil bergumam “sontoloyo juga otakmu itu, emang ya. ” kalimatnya tertahan. Sambil senyum pak dosen mengangguk “ok lanjutkan, apa pendapatmu ? masalah nilai itu wewenang saya dong...amaaann. lanjutkan!”. kata dosen pembimbing dengan senyum mulai santai. Mungkin efek asep rokok kaleeee. hmmm.

“Menurut saya Pak, mencontek itu ada positif dan negatifnya”... setelah menghela nafas si mahasiswa melanjutkan “positifnya mencontek itu adalah menyenangkan orang tua, karena kita jadi bisa cepet tamat dan nilainya lumayan baik. Posistif lainnya lagi, yaa...menguntungkan guru atau dosen juga. karena dengan nilai siswa/mahasiswa yang baik, maka tuntutan untuk tes ulang atau remidi jadi batal. Ini artinya guru atau dosen sukses dalam mendidik peserta didiknya”. sambil nyengir si mahasiswa melirik dosen pembimbingnya, sekedar melihat reaksi...”tetangga saya seorang pegrajin kayu pernah bilang, untuk menghasilkan satu karya cukup pake tiori ATM”...”apa itu?”, sontak sang dosen bertanya. “Amati-Tiru-Modifikasi”...terang si mahasiswa sambil salah tingkah...”sontoloyo!” ujar sang dosen sambil tertawa.

“Begini aja, biar kalian ndak terlalu banyak retorika... intinya bahwa mencontek itu tidak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan psikologi secara individu. Mencontek itu terjadi sebagai akibat dari;

1.       Adanya kesenjangan antara ekspektasi dan realita.

Sejak dini anak-anak kita harapkan, bahkan “dipaksa” untuk bisa mendapat prestasi (dengan penilaian angka) secara maksimal... Emak-emak paling doyan kalo ngrumpi bercerita tentang prestasi anak-anaknya di sekolah, tentang program les apa saja yang anak-anaknya ikuti...sambil sedikit berkata “sebenarnya sih kasian sama anak-anak, tapi mau gimana lagi...”.

Sementara dari sisi pembudayaan sikap belum pernah ada “paksaan” untuk; tidak mengeluh, pantang menyerah, berani dan jujur, serta bertanggungjawab atas segala apa yang anak hadapi...nyaris tidak tersentuh.

Prinsip pendidikan keluarga kita adalah No Prestasi No Gift ...cobak rubah menjadi Satu Pujian Untuk Satu Kebaikan.

2.       Adanya limit waktu kerja yang tidak seimbang.

Hal yang paling sering kita lakukan secara sadar maupun tidak adalah menunda penyelesaian satu tugas. Prilaku ini sejak dini kurang mendapat perhatian. Bahkan yang “latah” kita dengar dalam kehidupan masyarakat kita antara lain; “sistem kebut semalam”...”better late then never”...”yang penting tugas terkumpulkan, masalah isi urusan belakang”, apalagi jaman teknologi seperti sekarang tinggal contek di Mbah Google saja (copy paste) selesai urusan...dan banyak lagi jargon-jargon yang melemahkan psikologi kita sejak dini, sehingga ketika berhadapan dengan sesuatu yang prinsip (semisal ujian atau tes kerja) kita menjadi personal yang tidak percaya diri, karena kesiapan diri kita lemah. Pilihan tradisionalnya adalah Mencontek.

“ada gambar kalian?” tanya pak dosen...mahasiswa mengangguk lemah...”tajam juga jabaran boss ini”, kira-kira batin mereka.

“Bagaimana kalau mengintip?” ujar mahasiswa yang sedari tadi duduk dipojok tetapi asik ikut menyimak. “dasar otak jorok lu!”, celoteh temannya...”bukan begitu broo, maksud saya tadi kan ada teori ATM...M-nya sama dengan modifikasi. Nah apakah ini termasuk mencontek?”, argumennya lebih lanjut.

Dosen pembimbing langsung menimpali, mungkin karena waktu sudah semakin senja...”jika terjadi upaya modifikasi yang mampu melahirkan sesuatu yang anggap saja 50% + 1 berbeda dengan aslinya, maka saya setuju itu adalah hasil ngintip”. “Cobak kalian perhatiakan dari sisi makna katanya, sehingga akibat dari makna tersebut akan melahirkan satu perbuatan yang mencirikan makna kata itu sendiri” tegas sang dosen mulai panas. “Kata mengintip atau intip jika dipadankan ke-dalam Bahasa Inggris serupa dengan kata; snoop, peep, peek, spy yang artinya menengok atau memperhatikan atau melihat dengan seksama dari tempat tersembunyi, atau mengamati”...sejenak sang dosen terdiam, seakan menarik file dalam kepala sembari menikmati hisapan akhir rokoknya...”mengintip atau intip yang umum dipakai dalam Bahasa Inggris adalah spy... contohnya; to spy, yang artinya mengamati atau memata-matai... untuk menjadi seorang mata-mata harus mampu memfungsikan mata dengan baik. Melihat dengan sudut mata, tanpa harus merubah posisi leher agar yang diperhatikan tidak curiga”. Untuk mencapai level “pengintip” yang handal kalian harus memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, wawasan yang luas, dan kepekaan yang mempuni! “tegas sang dosen”...mahasiswa yang tadi berprasangka jorok tertunduk tersipu...”karena mengintip juga erat kaitannya dengan seberapa luas dan kuat kalian punya jaringan, dan seberapa hebat kalian dalam membaca peluang”...sang dosen berdiri sembari mematikan rokoknya dalam asbak...”paham kalian?” tegasnya...”siap pak” serentak mahasiswa menjawab, sambil serentak berdiri karena sang dosen sudah siap-siap akan meninggalkan kantornya. Sambil berjalan keluar bersama sang dosen sejenak melirik semua mahasiswanya sambil berkata “ingat jika kalian mencontek maka otak kalian sontoloyo!”...”lebih seru mengintip saja pak” celoteh seorang mahasiswa sambil tertawa bubar barisan...

Sontoloyo tersenyum mendengar akhir cerita anak muda. “maaf om, nama om memang sangat terkenal dikalangan orang kota” kata anak muda seakan memahami pikitan Sontoloyo...”hmmm...” jawab Sontoloyo singkat sambil pamit duluan pulang.

***


PROFIL PENULIS

Bonang adalah nama kecil penulis. Aslinya adalah Suwardi Rasyid. Lahir di Lombok Timur, 27 Oktober 1977. Tamatan IKIP Negeri Singaraja Jurusan Pendidikan Sejarah, Sosiologi dan Antropologi ini punya hobi yang kuat dalam bidang membaca, menulis dan berdiskusi...namun ini adalah karya pertamanya yang naek cetak (hehehehe...). Senang belajar bersama dalam komunitas dan organisasi menjadikannya orang yang suka “mengaduk-aduk logika” dalam diskusi.

Sensitifitas penulis berkembang sebagai akibat dari banyaknya sentuhan psikologis perempuan dalam hidupnya (mungkin lo ya...); dua orang Ibu (Sri Wulan Alm., dan Mulia Awarni), lima orang saudara perempuan (Sri Suharti, Sri Ernawati, Sri Wahyuni, Sri Rahayu, dan si bungsu Sri Saptini). Tiga lelaki tangguh melengkapi liuk-liku hidupnya (Ayah = Tuan Radi Alm.; saudara Sriadi Alm.,dan Sudiman Nur Fajri), dan tidak lupa juga bahwa nuansa kebersamaan keluarga petani adalah yang utama.

Jenjang pedidikan SD, SMP, SMA ia lalui di Lombok Timur (SD Negeri 1 Kesik/Masbagik, SMP Negeri 1 Sikur, SMA Negeri 1 Terara). Semasa kuliah, secara kebetulan pembelajaran penting tentang “peduli” didapatkan pada Era Gerakan Reformasi, era yang mengharuskannya untuk banyak belajar kepada senior-seniornya. Penulis pernah juga bergabung dalam UKM Mapala Loka Samgraha IKIP Negeri Singaraja, dan belajar dalam organisasi ekstra kampus (Himpunan mahasiswa Islam – Cabang Singaraja/kini). Untuk melanjutkan hobi di alam bebas, penulis pernah ikut menjadi pengurus FPTI (Federasi Panjat Tebing) Kabupaten Buleleng – Bali.

Hingga saat ini, penulis bertugas sebagai pengajar mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Gerokgak – Buleleng – Bali. 

Dalam kesederhanaan fasilitas komunikasi penulis dengan majelis pembaca bisa bersilaturrahim lewat HP. 087 859 866 252, atau FB : Bonang’SRW. Terimakasih. 

Terakhir, tentang keluarga Kecil penulis : Martini (istri), Shri Loma Wiraditya Pangestu (Putra), dan Sirah Zayani Panuluh (Putri)...

”Ikat Keluarga dalam Diri, dan Ikat Diri dalam Keluarga menuju Baiti Jannati...Amiinnn!”.


Rate This Article

Thanks for reading: Kulikan Logika Sontoloyo | Pilih Mencontek Atau Mengintip, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //