Kulikan Logika Sontoloyo
PERSPEKTIF...
BUKAN KACAMATA KUDA
Dalam perjalanannya pulang dari mendampingi bebek- bebeknya rekreasi ke tepian sawah pinggir kali, sembari asyik menikmati akapela ratusan bebeknya...wek-wek-
wek...(bukan wik-wik-wik lho ya...) Sontoloyo teringat bahwa dua orang tokoh nomor satu bangsa ini pernah meminjam namanya untuk menegaskan “perilaku tidak baik” yang diadegankan oleh tokoh publik yang semestinya menjadi tauladan. Sontoloyo ingat Bung Karno (Presiden pertama RI), dan Joko Widodo (Presiden ke-tujuh RI), yang siap-siap “bertarung” lagi menuju kursi kepresidenan.
Ada rasa bangga didadanya karena namanya dipinjem dua tokoh besar negeri, namun sedih juga membekas karena namanya jadi terkesan ber-aura negatif...hickh kasian Sontoloyo...”ini masalah pandangan saja” senyumnya kecut.
Dalam hati Sontoloyo gutak-gathuk (cocok-logi) pikirannya...”mungkin pendapat itu sama dengan sudut pandang”, sudut pandang itu adalah titik awalan seseorang dalam melihat sesuatu objek...kalo begitu benar kata Tukang Ukur Tanah kemarin...ini cuman tentang perspektif. “Pantes aja sering kali dipakai dalam forum perbincangan orang-orang penting sambil makan kuaci”. Sontoloyo ingat ketika terjadi perbedaan pendapat atas objek yang sedang didiskusikan orang-orang itu, maka kalimat pengantarnya pasti dimulai dengan “menurut pendapat saya...”... atau “pandangan saya atas masalah ini...”, atau “bagaimana pendapat atau pandangan anda...”. Ini berarti perspektif atas satu objek sangat diperlukan, walau perspektif setiap pemerhati objek berbeda-beda. Atas perbedaan perspektif itulah maka penilaian atas objek tersebut akan menjadi komprehensif atau utuh ketika digabungkan dengan keluasan hati.
Orang yang mampu memandang sesuatu dari berbagai perspektif sudah barang tentu dia adalah manusia yang memiliki kebijaksanaan atas objek tersebut...”cieee Sontoloyo salah tingkah” nyaris kesandung akar pohon beringin, karena tiba-tiba ada sapi jantan dengan tanduk yang sudah mulai panjang menakuti bebek- bebeknya. Sambil menenangkan barisan bebek, Sontoloyo ingat pepatah; kalau melihat satu masalah, jangan pakai kacamata kuda...”nah, ribet lagi nich !”. Tadi sudut pandang, sekarang kacamata kuda...mumet juga kalo dalam berpikir saja kuda harus ikut campur...hmmm...Sontoloyo menarik nafas panjang, sembari sesekali mengayunkan bambu kecil berumbai kain perca warna warni pengarah bebek-bebeknya.
“Jangan lihat masalah dengan kacamata kuda”, pesen Kakek satu masa pada Sontoloyo. Emang ada masalah apa dengan kacamata kuda? Seorang tetangganya yang sais kereta pernah cerita pada Sontoloyo, bahwa satu saat kereta kudanya nyaris terbalik karena tiba-tiba kudanya meringkik dan langsung berbalik tak terkendali, karena papasan dengan kereta lain yang kudanya ternyata betina...”gara-gara selayang pandang kudaku jadi birahi”, ujar sais kereta...”syukur-syukur pakai kacamata”, lanjutnya. “Emang kenapa kalau ndak pakai kacamata”, tanya Sontoloyo penasaran. “Ya ndak bisa tahan nafsunya, matanya jelalatan...itu urusan lihat betina sekilas aja langsung rusuh...apalagi kalau lihat daun muda, bisa tambah ngamuk ndak terkendali dia”, tegas si sais. Sontoloyo tersenyum lebar, ia teringat ceramah ustad yang menegaskan “pentingnya menjaga pandangan dan menundukkan pandangan”...”jadi manusia mirip-mirip kuda juga”, batinnya.
Lain contoh ketika Pak Reagen ketua RT di kampungnya, menyelesaikan kasus antar warga akibat perkelahian anak- anak remaja...dengan sangat bijak dan berwibawa Pak Reagen menenangkan warga sembari berkata “kita tidak boleh menggunakan kacamata kuda dalam menyelesaikan masalah ini, kita semestinya melihatnya dengan komprehensif agar terselesaikan dengan baik”... keren juga bahasa Pak RT, tapi apaan komprehensif ? Karena penasaran Sontoloyo googling, hasilnya mengagetkan. Ternyata yang Pak RT maksud dengan komprehensif = menyeluruh...Sontoloyo membatin “besok-besok mau usul, kalau Pak RT jangan pakai istilah yang sulit dach !”...dan terkait kacamata kuda, Sontoloyo berkesimpulan bisa-bisa aja dipakai yang penting situasi dan kondisinya pas...Sontoloyo mengikat pagar kandang bebeknya, kemudian berlalu hilang membersihkan diri di sumur belakang rumahnya.
**
PROFIL PENULIS
Jenjang pedidikan SD, SMP, SMA ia lalui di Lombok Timur (SD Negeri 1 Kesik/Masbagik, SMP Negeri 1 Sikur, SMA Negeri 1 Terara). Semasa kuliah, secara kebetulan pembelajaran penting tentang “peduli” didapatkan pada Era Gerakan Reformasi, era yang mengharuskannya untuk banyak belajar kepada senior-seniornya. Penulis pernah juga bergabung dalam UKM Mapala Loka Samgraha IKIP Negeri Singaraja, dan belajar dalam organisasi ekstra kampus (Himpunan mahasiswa Islam – Cabang Singaraja/kini). Untuk melanjutkan hobi di alam bebas, penulis pernah ikut menjadi pengurus FPTI (Federasi Panjat Tebing) Kabupaten Buleleng – Bali.
Hingga saat ini, penulis bertugas sebagai pengajar mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Gerokgak – Buleleng – Bali.
Dalam kesederhanaan fasilitas komunikasi penulis dengan majelis pembaca bisa bersilaturrahim lewat HP. 087 859 866 252, atau FB : Bonang’SRW. Terimakasih.
Terakhir, tentang keluarga Kecil penulis : Martini (istri), Shri Loma Wiraditya Pangestu (Putra), dan Sirah Zayani Panuluh (Putri)...
”Ikat Keluarga dalam Diri, dan Ikat Diri dalam Keluarga menuju Baiti Jannati...Amiinnn!”.
Rate This Article
Post a Comment
Thanks for reading: Kulikan Logika Sontoloyo | Perspektif... Buka Kacamata Kuda, Sorry, my English is bad:)