Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Join our telegram Contact Us Join Now!

Kulikan Logika Sontoloyo | Pilih Mencopet Atau Merampok?

Kulikan Logika Sontoloyo adalah Buku yang ditulis oleh Suwardi Rasyid. Buku ini menjelaskan berbagai realitas kehidupan sehari-hari.

Kulikan Logika Sontoloyo | Pilih Mencopet Atau Merampok?

Bebek itu bertelur ada fasenya...siklus kata penyuluh peternakan kepada Sontoloyo. Sontoloyo bilang musim. “Kapan bisa kaya kalo begini terus?”...cengiran khas

Sontoloyo mengembang...”ya kalo begini terus, ya ndak ada harapan kaya...wong terus-terusan begini!”. Jadi perampok kali ya...ajak nafsunya mulai usil. Masak harus menari di atas penderitaan orang lain...kalau begitu nyopet aja dah, kan kecil-kecilan. Hasilnya kecil, mengganggunya kecil...dosanya juga kecil, “otaknya tambah usil”. Sontoloyo ingat dalil tentang minuman yang bisa membuat orang mabuk, “jika banyaknya memabukkan, maka sedikitnya juga haram”. “benar juga” batinnya...”berarti jika merampok ndak boleh, nyopet juga ndak boleh”.

Sontoloyo larut dalam hayalan tentang keinginannya menjadi kaya...tiba-tiba dari sudut jalan setapak rumahnya tampak istrinya tergopoh baru pulang dari pasar desa. Setelah salam dan bertanya suaminya sudah ngopi atau belum, Bu Sontoloyo dengan semangat ’35 (bukan “45; karena semangat “45 itu semangat menuju kemerdekaan, sementara ’35 itu semacam semangat chalange 10 tahun sebelumnya...hehehe Sontoloyo ada-ada sajah...) bercerita bahwa tadi dipasar ada anak muda digebukin warga, karena ketahuan mencopet...setelah di usut hansip ternyata anak muda itu mencopet karena lagi kepepet akan kebutuhan biaya adiknya yang sedang sakit...”baru aja niat Tuhan sudah kasi contoh”, bisik hati Sontoloyo. Ia pura-pura semangat mendengarkan cerita istrinya, padahal dalam hati lagi keder (ngeri-ngeri sedap kata tokoh yang Sontoloyo lupa namanya)...sambil minta maaf sama Tuhan atas niatannya tadi...

“Mestinya anak muda itu jadi rampok saja Bu”, sahut Sontoloyo...istrinya langsung menimpali dengan nada tinggi “pak-e–pak-e...jadi copet aja babak belur, apalagi jadi rampok... ya bisa langsung dibunuh warga”. Sontoloyo sejenak menyeruput kopinya, sambil memasang wajah bijaksana, dan sedikit mengatur nada serta volume suaranya. “Mencopet itu skalanya kecil dik, sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Artinya orang yang mencopet itu individualis, ya jelas kharismanya ndak ada. Beda sama rampok...kalau rampok itu harus bisa memiliki kecerdasan dan langkah strategi yang mantap”, ujar Sontoloyo sambil menghisap dalam asap rokoknya. Sekilas dia lihat raut muka istrinya yang sedikit melongo “suamiku kesurupan atau keracunan”, mungkin ujar batinnya.

“Menjadi rampok itu tidak cukup nyali...berani saja tidak cukup... karena rampok itu bukan cuma berpikir hari ini, bukan hanya memikirkan dirinya saja tetapi juga memikirkan orang lain minimal anak buah atau tim-nya”...Eling Pak-e...lirih Bu Sontoloyo mengingatkan suaminya. “Aku waras kok Dik”, jawab Sontoloyo.

Dik inget ndak cerita Begundal Jokoloyo? “tanya Sontoloyo pada istrinya...”ya ingetlah Pak, itu cerita Pak Haji jaman kita masih ngaji di langgar”...itu jamannya Sunan Kalijaga belum ketemu gurunya Mbah Sunan Bonang, “lanjut istrinya”...yaa...”kan ngerampok juga kerjaannya” sahut Sontoloyo. Jokoloyo ngerampok bukan buat dirinya sediri, tapi buat rakyatnya yang membutuhkan...lha kalo nyopet kan egois namanya “bantah Sontoloyo”. Meski itu harta tersimpan dalam gudang bapaknya, Jokoloyo ambil saja karena harta itu terkumpul karena rakyat, dan rakyat memang sedang lebih membutuhkan ketimbang keluarga Jokoloyo (Raden Said, alias Sunan Kalijaga).

Jauh cerita dalam diskusi ringan keluarga Sontoloyo yang sederhana. Sontoloyo bercerita dengan semangat kepada istrinya tentang “merampok” yang dia pahami. “Dik inget filem barat dengan tokoh bernama Robinhood yang memilih hidup dihutan dengan rakyat terbuang dan miskin?”, tanyan Sontoloyo dengan tatapan serius pada istrinya. “Robinhood tidak lebih dari seorang perampok dan pengacau keamanan golongan borjuis dalam pandangan pemerintah, tetapi dihadapan masyarakat awam dia adalah pahlawan”. Di negeri kita pernah ada Mat Peci (Jawa Barat), tokoh pahlawan rakyat yang keluar masuk penjara karena kerjaannya merampok, meski harus mati ditangan petugas yang menganggap dia seorang penyamun, “tegas Sontoloyo”. Ketika jaya nama Nusa Kambangan sebagai tempat pembuangan penjahat kelas kakap di negeri ini, Dik inget nama Jhony Indo?, “lirih tanya Sontoloyo serius”...dialah tokoh baru dalam cerita kemelaratan rakyat bangsa ini. Mereka mungkin tidak terpelajar seperti pemuda-pemudi kita kini, tetapi mereka punya hati dan jiwa yang welas asih. Mereka rela melemparkan masalah pribadinya, dan larut dalam mengurusi masalah orang banyak yang mungkin bukan siapa-siapanya. “andaikata boleh memilih, aku ingin merampok seperti mereka”, senyum simpul Sontoloyo pada istrinya, yang disambut senyum cibiran...



PROFIL PENULIS

Bonang adalah nama kecil penulis. Aslinya adalah Suwardi Rasyid. Lahir di Lombok Timur, 27 Oktober 1977. Tamatan IKIP Negeri Singaraja Jurusan Pendidikan Sejarah, Sosiologi dan Antropologi ini punya hobi yang kuat dalam bidang membaca, menulis dan berdiskusi...namun ini adalah karya pertamanya yang naek cetak (hehehehe...). Senang belajar bersama dalam komunitas dan organisasi menjadikannya orang yang suka “mengaduk-aduk logika” dalam diskusi.

Sensitifitas penulis berkembang sebagai akibat dari banyaknya sentuhan psikologis perempuan dalam hidupnya (mungkin lo ya...); dua orang Ibu (Sri Wulan Alm., dan Mulia Awarni), lima orang saudara perempuan (Sri Suharti, Sri Ernawati, Sri Wahyuni, Sri Rahayu, dan si bungsu Sri Saptini). Tiga lelaki tangguh melengkapi liuk-liku hidupnya (Ayah = Tuan Radi Alm.; saudara Sriadi Alm.,dan Sudiman Nur Fajri), dan tidak lupa juga bahwa nuansa kebersamaan keluarga petani adalah yang utama.

Jenjang pedidikan SD, SMP, SMA ia lalui di Lombok Timur (SD Negeri 1 Kesik/Masbagik, SMP Negeri 1 Sikur, SMA Negeri 1 Terara). Semasa kuliah, secara kebetulan pembelajaran penting tentang “peduli” didapatkan pada Era Gerakan Reformasi, era yang mengharuskannya untuk banyak belajar kepada senior-seniornya. Penulis pernah juga bergabung dalam UKM Mapala Loka Samgraha IKIP Negeri Singaraja, dan belajar dalam organisasi ekstra kampus (Himpunan mahasiswa Islam – Cabang Singaraja/kini). Untuk melanjutkan hobi di alam bebas, penulis pernah ikut menjadi pengurus FPTI (Federasi Panjat Tebing) Kabupaten Buleleng – Bali.

Hingga saat ini, penulis bertugas sebagai pengajar mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Gerokgak – Buleleng – Bali. 

Dalam kesederhanaan fasilitas komunikasi penulis dengan majelis pembaca bisa bersilaturrahim lewat HP. 087 859 866 252, atau FB : Bonang’SRW. Terimakasih. 

Terakhir, tentang keluarga Kecil penulis : Martini (istri), Shri Loma Wiraditya Pangestu (Putra), dan Sirah Zayani Panuluh (Putri)...

”Ikat Keluarga dalam Diri, dan Ikat Diri dalam Keluarga menuju Baiti Jannati...Amiinnn!”.


Rate This Article

Thanks for reading: Kulikan Logika Sontoloyo | Pilih Mencopet Atau Merampok?, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //