Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Join our telegram Contact Us Join Now!

Anak-Anak Negeri, Novel Tentang Kepemudaan : Bertamu

Novel Anak Anak Negeri

 Anak-Anak Negeri, Novel Tentang Kepemudaan

Bertamu

Minggu, bagi sebagian orang hari munggu adalah waktu yang lengang, sebagiannya lagi adalah hari keluarga, sebagiannya lagi hari untuk malas-malas, sebagian yang lain bisa menggunakan untuk bersantai ditempat-tempat favorit mereka dan tidak kurang dari 10% penduduk Indonesia  pergi beribadah, Damar adalah bagiannya.

Setelah simpul doa dipanjatkan Damar menuju kos-kosanya, menyalin baju lalu berjalan menuju arah yang tidak asing lagi baginya. Yaa.. 2 hari yang lalu, dia diundang Pak Sand untuk mampir ke rumahnya, hari ini pasca dari Gereja dia mengiyakan panggilan itu.

Seorang diri tanpa Imad yang sudah menjadi kawan dekatnya. Mungkin karena ini pertama kali dia silaturahmi ke rumah Pak Sand. Mungkin saja Imad bertanya-tanya tumben “Damar kemana hari ini”, memang setiap hari minggu pasca beribadah dia hampir pasti berkunjung ke kos Imah

Tentu saja undangan undangan dari Pak Sand adalah yang spesial untuk minggu ini. Sejak di Surabaya ini pertama kali Damar memiliki alasan untuk berkunjung di kediaman Pak Sand. Sebabnya sejak awal Damar ingin berbincang hangat dengan Pak Sand, sebab yang lain Pak Sand adalah misteri yang seperti dengan sengaja menggoda Damar untuk menguaknya. Panggilan hati Damar berbisik sangat jernih “ada sesuatu yang pantas dia dapat dari Pak Sand.”

“Permisi Bapak, mau tanya rumah Pak Sand?” Tanya Damar pada Laki-laki Tua.

“Iya?, Rumahnya Sand? Itu di depan” Sambil menunjuk lurus ke arah depan.. Si Bapak yang lagi dengan lamunannya, seorang diri menatap bunga liar trotoar. Ternyata hari minggu tidak hanya hari keluarga atau hari Ibadah, ternyata Hari untuk bersantai dan melamun seperti Bapak Tua di depan Damar ini.

“Yang Cat Putih itu Pak?” Tunjuk damar ke arah yang sama dengan telunjuk  bapak tadi.

“Njeh,Njeh”

“Terimakasih Bapak,, Mari permisi....”

Tinggal beberapa langka saja untuk sampai depan gerbang.. Nampak rumah Pak Sand tidak begitu besar, dilihat dari lebar pagar depan dan tembok pagar, Damar menyusun sketsa di imajinasinya. Rumah Pak Sand ada di ujung jalan (bisa disebut juga Gang) akses jalan cukup lebar, dari jalan raya jaraknya sekitar 30 meter. Sebenarnya tidak terlalu sudah mencari rumah ini, karena berada tepat di ujung gang dan menghadap ke ara jalan. Jadi dari pertama masuk gang rumah pak akan nampak karena jalannya yang lurus.

“Permisi,,!!”..

“Permisi” Damar membunyikan pagar dengan cara mengadu kunci pagar dengan besi pakar

“Permisiiii....” Damar meninggikan nadanya,,

Tak lama ada sahutan dari dalam, Jelas sekali ini suara perempuan.

“Cari siapa?” Suara yang tak kelihatan sumbernya itu menjawab dari dalam dibalik pagar..

“Ada Pak Sand?”

“Iya ini siapa?”

“Saya Damar”

“Ibuu.. Ibuu ada yang cari Ayah..”

Damar menebak, pasti yang barusan menjawab anaknya Pak Sand.. Tak Lama sosok Perempuan Dewasa membuka 1/3  lebar pitu, Ia pun keluar. Damar sedikit kikuk karena ini di luar hayalannya, dia mengira akan langsung bertemu Pak Sand, nyatanya Perempuan berjilbab dengan Long Dress merah tua. Damar akan menebak lagi, ini Istri dari Pak Sand, ternyata tidak terlalu tua sekitar antar 30-33 Tahun. Wajahnya cerah sekali, sepertinya tidak memakai perias wajah, tapi bersih.

“Dengan siapa Mas?...

“Sa,, saya Damar Bu” Damar sekarang malah segan..

“Cari Pak Sand sudah janjian sebelumnya?”

Damar bingung, menggaruk pipinya yang tak gatal, yaa jelas tidak ada perjanjian untuk bertemu Pak Sand hari ini. Raut wajah Damar lebih ditandai serba salah, ditambah gesture-nya melengkapi tanda itu.

“Sebenarnya belum Bu,, tadi saya inisiatif sendiri ke sini, karena beberapa hari lalu sempat di ajak untuk bertamu ke seni”

“Ow jadi Pak Sand ndak tau kalau Mas Damar mau ke rumah?”

“Nggih Bu”

Damar menjawab lebih sopan, ditambah rasa canggung masih melekat, dan sekarang diselimuti rasa malu dan bersalah, datang tidak berkabar dulu.. Semua rasa itu tiba-tiba hilang. meski sedikit, tiba-tiba nongon satu potong kepala di balik gerbang dari arah bawah. Rupanya gadis cilik yang menyambut Damar tadi. Dalam hati Damar “Ternyata masih anak-anak”. Iya itu anak dari Pak Sand

“Mohon maaf Mas, Pak Sand tadi keluar”

“Sudah lama Bu” Jelas Damar tambah bingung

“Baru sekitar 30 menit yang lalu”

“Ow Nggih Bu, Kalau gitu lain kali saja saya ke sini, mohon maaf sekali sudah mengganggu waktunya, sampaikan salam ke Pak Sand..”

“Ndak apa-apa, nanti saya sampaikan salamnya.. Apa ada pesan lain yang mau disampaikan?”

“Ndak,, he ehe ehe... Mari Bu Saya Pamit,, Mari Adek,, terimakasih ya..” Damar sudah stabil, melambaikan tangan ke anak Pak Sand, menyapa dengan penuh keakraban ke anak Pak Sand..

Jelas ini mengecewakan bagi Damar,, bukan karena Pak Sand, tapi karena dirinya sendiri kenapa tidak berkabar dulu kalau ingin bertamu. Meski kecewa Damar tahu setelah ini harus kemana. Dia berjalan sedikit lebih cepat,, Warung Mbah Mejan, jelas ini tujuan yang terdekat dan teralternatif untuk saat ini. Bisa jadi, apa pun yang dimakan dan diminum di sana bisa menjadi penawar rasa kecewanya..

Tak menghabiskan waktu berjam-jam, karena cukup dekat, Raut wajahnya cerah kembali karena pintu warung terbuka, meski ini hari minggu warung tetap buka, meski Mbah tidak begitu serius berjualan, karena Khusus hari minggu adalah hari santai bagi Mbah, kecuali pelanggan tertentu saja yang akan dilayani sebagai tamu.

Melihat Mbah Mejan duduk mebelakangi jalan raya alias menghadap ke dalam, Damar cukup bersemangat, dia mempercepat lagi langkahnya. Wajah Damar semakin dekat semakin cerah, semakin senang, teman ngobrol Mbah Mejan itu orang yang dia cari tadi. 

Pak Sand melihat Damar berjalan ke arah warung, senyumnya ke arah Damar seakan melambai, menyambung Gumilang yang datang. Bahagianya Damar seperti rindu yang terobati dengan tuntas.

“Damar sini” Sapa Pak Sand mendahului percakapan. Hanya tersisa tinga langkah untuk Damar melewati pintu..

Bersambung ke Literasi......

Baca Juga: Cerita Sebelumnya

Tentang Novel

Aras Aras | Anak-anak Negeri adalah novel yang menceritakan Tentang Kepemudaan, Novel ini akan dimuat dalam Blog Aras Atas secara berkala.

Novel ini menceritakan sekelompok pemuda yang sedang menempuh pendidikan Strata 1 di Surabaya. Mereka datang dari berbagai daerah. Tokoh dalam Novel di antaranya Damar, Yanto, Imad, Tomy, Dani, Amar dan Amir (Si Kembar). Mereka semua adalah pemuda yang sedang haus akan Ilmu Pengetahuan dan Penempaan Diri sebagai Pemuda. Mereka banyak mendiskusikan realitas kehidupan, sebagian dari yang mereka diskusi dalam Novel adalah adaptasi dari realitas yang sesungguhnya, namun dikemas menjadi dialog novel. Lanjut Baca

Rate This Article

Thanks for reading: Anak-Anak Negeri, Novel Tentang Kepemudaan : Bertamu, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

تعليق واحد

  1. Bissmilah
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //