Anak-Anak Negeri, Novel Tentang Kepemudaan
Bertamu
Minggu, bagi sebagian orang hari munggu adalah waktu yang lengang, sebagiannya lagi adalah hari keluarga, sebagiannya lagi hari untuk malas-malas, sebagian yang lain bisa menggunakan untuk bersantai ditempat-tempat favorit mereka dan tidak kurang dari 10% penduduk Indonesia pergi beribadah, Damar adalah bagiannya.
Setelah simpul
doa dipanjatkan Damar menuju kos-kosanya, menyalin baju lalu berjalan menuju
arah yang tidak asing lagi baginya. Yaa.. 2 hari yang lalu, dia diundang Pak
Sand untuk mampir ke rumahnya, hari ini pasca dari Gereja dia mengiyakan
panggilan itu.
Seorang diri
tanpa Imad yang sudah menjadi kawan dekatnya. Mungkin karena ini pertama kali
dia silaturahmi ke rumah Pak Sand. Mungkin saja Imad bertanya-tanya tumben “Damar
kemana hari ini”, memang setiap hari minggu pasca beribadah dia hampir pasti
berkunjung ke kos Imah
Tentu saja
undangan undangan dari Pak Sand adalah yang spesial untuk minggu ini. Sejak di
Surabaya ini pertama kali Damar memiliki alasan untuk berkunjung di kediaman
Pak Sand. Sebabnya sejak awal Damar ingin berbincang hangat dengan Pak Sand, sebab
yang lain Pak Sand adalah misteri yang seperti dengan sengaja menggoda Damar
untuk menguaknya. Panggilan hati Damar berbisik sangat jernih “ada sesuatu yang
pantas dia dapat dari Pak Sand.”
“Permisi Bapak,
mau tanya rumah Pak Sand?” Tanya Damar pada Laki-laki Tua.
“Iya?, Rumahnya
Sand? Itu di depan” Sambil menunjuk lurus ke arah depan.. Si Bapak yang lagi dengan lamunannya, seorang diri menatap bunga liar trotoar. Ternyata hari minggu tidak hanya hari keluarga atau
hari Ibadah, ternyata Hari untuk bersantai dan melamun seperti Bapak Tua di depan
Damar ini.
“Yang Cat Putih itu Pak?” Tunjuk damar ke arah yang sama dengan telunjuk bapak tadi.
“Njeh,Njeh”
“Terimakasih Bapak,,
Mari permisi....”
Tinggal beberapa
langka saja untuk sampai depan gerbang.. Nampak rumah Pak Sand tidak begitu
besar, dilihat dari lebar pagar depan dan tembok pagar, Damar menyusun sketsa
di imajinasinya. Rumah Pak Sand ada di ujung jalan (bisa disebut juga Gang)
akses jalan cukup lebar, dari jalan raya jaraknya sekitar 30 meter. Sebenarnya
tidak terlalu sudah mencari rumah ini, karena berada tepat di ujung gang dan
menghadap ke ara jalan. Jadi dari pertama masuk gang rumah pak akan nampak karena
jalannya yang lurus.
“Permisi,,!!”..
“Permisi” Damar
membunyikan pagar dengan cara mengadu kunci pagar dengan besi pakar
“Permisiiii....” Damar
meninggikan nadanya,,
Tak lama ada sahutan
dari dalam, Jelas sekali ini suara perempuan.
“Cari siapa?” Suara
yang tak kelihatan sumbernya itu menjawab dari dalam dibalik pagar..
“Ada Pak Sand?”
“Iya ini siapa?”
“Saya Damar”
“Ibuu.. Ibuu ada
yang cari Ayah..”
Damar menebak,
pasti yang barusan menjawab anaknya Pak Sand.. Tak Lama sosok Perempuan Dewasa
membuka 1/3 lebar pitu, Ia pun keluar.
Damar sedikit kikuk karena ini di luar hayalannya, dia mengira akan langsung bertemu
Pak Sand, nyatanya Perempuan berjilbab dengan Long Dress merah tua. Damar
akan menebak lagi, ini Istri dari Pak Sand, ternyata tidak terlalu tua sekitar
antar 30-33 Tahun. Wajahnya cerah sekali, sepertinya tidak memakai perias wajah,
tapi bersih.
“Dengan siapa
Mas?...
“Sa,, saya Damar
Bu” Damar sekarang malah segan..
“Cari Pak Sand
sudah janjian sebelumnya?”
Damar bingung, menggaruk pipinya yang tak gatal,
yaa jelas tidak ada perjanjian untuk bertemu Pak Sand hari ini. Raut wajah Damar
lebih ditandai serba salah, ditambah gesture-nya melengkapi tanda itu.
“Sebenarnya belum
Bu,, tadi saya inisiatif sendiri ke sini, karena beberapa hari lalu sempat di
ajak untuk bertamu ke seni”
“Ow jadi Pak Sand
ndak tau kalau Mas Damar mau ke rumah?”
“Nggih Bu”
Damar menjawab lebih sopan, ditambah rasa canggung masih melekat, dan sekarang diselimuti rasa
malu dan bersalah, datang tidak berkabar dulu.. Semua rasa itu tiba-tiba hilang. meski sedikit, tiba-tiba nongon satu potong kepala di balik gerbang dari arah bawah.
Rupanya gadis cilik yang menyambut Damar tadi. Dalam hati Damar “Ternyata masih
anak-anak”. Iya itu anak dari Pak Sand
“Mohon maaf Mas, Pak
Sand tadi keluar”
“Sudah lama Bu” Jelas Damar tambah bingung
“Baru sekitar 30
menit yang lalu”
“Ow Nggih Bu,
Kalau gitu lain kali saja saya ke sini, mohon maaf sekali sudah mengganggu
waktunya, sampaikan salam ke Pak Sand..”
“Ndak apa-apa,
nanti saya sampaikan salamnya.. Apa ada pesan lain yang mau disampaikan?”
“Ndak,, he ehe
ehe... Mari Bu Saya Pamit,, Mari Adek,, terimakasih ya..” Damar sudah stabil, melambaikan tangan ke anak Pak Sand, menyapa
dengan penuh keakraban ke anak Pak Sand..
Jelas ini mengecewakan
bagi Damar,, bukan karena Pak Sand, tapi karena dirinya sendiri kenapa tidak
berkabar dulu kalau ingin bertamu. Meski kecewa Damar tahu setelah ini harus kemana.
Dia berjalan sedikit lebih cepat,, Warung Mbah Mejan, jelas ini tujuan yang
terdekat dan teralternatif untuk saat ini. Bisa jadi, apa pun yang dimakan dan
diminum di sana bisa menjadi penawar rasa kecewanya..
Tak menghabiskan
waktu berjam-jam, karena cukup dekat, Raut wajahnya cerah kembali karena pintu
warung terbuka, meski ini hari minggu warung tetap buka, meski Mbah tidak begitu serius berjualan, karena Khusus hari minggu adalah hari santai bagi Mbah, kecuali pelanggan tertentu
saja yang akan dilayani sebagai tamu.
Melihat Mbah Mejan duduk mebelakangi jalan raya alias menghadap ke dalam, Damar cukup bersemangat, dia mempercepat lagi langkahnya. Wajah Damar semakin dekat semakin cerah, semakin senang, teman ngobrol Mbah Mejan itu orang yang dia cari tadi.
Pak Sand melihat Damar berjalan ke arah warung, senyumnya ke arah Damar seakan melambai,
menyambung Gumilang yang datang. Bahagianya Damar seperti rindu yang
terobati dengan tuntas.
“Damar sini” Sapa Pak Sand mendahului percakapan. Hanya tersisa tinga langkah untuk Damar melewati
pintu..
Bersambung ke Literasi......
Baca Juga: Cerita Sebelumnya
Tentang Novel
Aras Aras | Anak-anak Negeri adalah novel yang menceritakan Tentang Kepemudaan, Novel ini akan dimuat dalam Blog Aras Atas secara berkala.
Novel ini menceritakan sekelompok pemuda yang sedang menempuh pendidikan Strata 1 di Surabaya. Mereka datang dari berbagai daerah. Tokoh dalam Novel di antaranya Damar, Yanto, Imad, Tomy, Dani, Amar dan Amir (Si Kembar). Mereka semua adalah pemuda yang sedang haus akan Ilmu Pengetahuan dan Penempaan Diri sebagai Pemuda. Mereka banyak mendiskusikan realitas kehidupan, sebagian dari yang mereka diskusi dalam Novel adalah adaptasi dari realitas yang sesungguhnya, namun dikemas menjadi dialog novel. Lanjut Baca
Rate This Article
Thanks for reading: Anak-Anak Negeri, Novel Tentang Kepemudaan : Bertamu, Sorry, my English is bad:)