Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!
Join our telegram Contact Us Join Now!

Anak-Anak Negeri Novel Tentang Kepemudaan : Cagar Budaya

Novel Anak-Anak Negeri

Anak-Anak Negeri

Novel Tentang Kepemudaan

CAGAR BUDAYA

Kata ini tidak begitu populer di kalangan masyarakat, ketimbang kata alay, lebay, kasmaran, sinetron, nafkah dan sejenisnya. Cagar Budaya bak sebuah kata yang eksklusif,  pengucapannya terbatas, yang mengucap sedikit hanya dilingkup tertentu. Kata ini memang buka sesuatu yang penting, tapi ketika para ahli sejarah Nusantara menjelaskan kata ini menjadi penting adanya. Ada obyek yang melekat dengan kata ini, seperti candi, rumah adat, dan benda-benda peninggalan sejarah, serta kebiasaan yang berhubungan dengan adat kebiasaan masyarakat tertentu.

Dibalik ketidakpopulerannya, kata “cagar budaya” sebenarnya mengandung persoalan yang sangat penting yaitu keberadaan, pembuktian dan pelestariannya. Bagaimana tidak, karena situs-situs bersejarah seperti halnya Candi Borobudur adalah bukti kemajuan peradaban Nusantara saat itu. Selain nilai historis yang di kandung, juga menyimpan kebermanfaatan sosial yang cukup pajang jika terjaga.

Penting tidak penting kata cagar budaya bagi masyarakat umum, tetapi kenyataannya pemerintah kita harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melestarikan keberadaan benda-benda peninggalan sejarah. Bahkan candi Borobudur oleh Pemerintahan Dunia disebut sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Di mana ada daerah yang memiliki cagar budaya yang unik, daerah tersebut menjadi pusat perhatian warga wisatawan baik lokal mau pun asing. Cagar budaya juga merupakan sumber pendapatan masyarakat lokal, sekaligus menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat secara mandiri, dan pemerintah harus benar-benar paham agar mengelola keadaan supaya masyarakat sekitar lokalisasi cagar budaya dapat memanfaatkannya.

Baca Deskripsi Novel: Ngomong-Ngomong Soal Anak-Anak Negeri Novel Tentang Kepemudaan

Indonesia salah satu yang memiliki cagar budaya yang lengkap, situs-situs peninggalan sejarah banyak disulap menjadi tempat wisata. Tempat yang dulu dinilai angker dengan kreativitas era ini terlah disulap menjadi tempat-tempat yang ramah pengunjung.

"Cagar budaya merupakan satu kekayaan Indonesia yang dapat berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan" Jelas Dosen muda yang sedang tumbuh karismatiknya itu.

“Pak Dosen, coba jelaskan ciri-ciri cagar budaya itu seperti apa? Dan apa semua peninggalan sejarah bisa disebut Cagar Budaya” tanya Imad.

“Pertanyaan yang baik sekali. Pertama harus memiliki nilai historisnya, dia bersifat kebendaan. Namun, tidak semua peninggalan sejarah akan disebut cagar budaya, ada beberapa langkah juga harus ditempuh agar benda sejarah itu bisa disebut sebagai cagar budaya. Yakni pelestarian, dan pengakuan secara sosial juga akademisi.” Jelas Pak Darmo, Dosen muda yang baru saja diangkat menjadi dosen tetap di jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Nusantara.

“Maksud bapak, bahwa benda sejarah yang awalnya tidak disebut sebagai cagar budaya bila kemudian hari terpelihara atau dirawat lantas diakui secara sosial dan akademis maka akan disebut cagar budaya?” Imad mulai rewel.

“Begini, Cagar Budaya terbagi menjadi beberapa kelompok diantaranya Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya baik berada di darat dan air. Persoalan ini harus berhubungan dengan kebudayaan masyarakat lampau. Bagi bapak tidak setuju bila dikatakan semua atau apa pun benda-benda sejarah dapat dikatakan sebagai cagar budaya bila prasyaratnya kemudian hari dipenuhi. Karena kita juga harus mengetahui historis dari benda itu apa ada hubungan dengan adat istiadat dengan masyarakat lokal dan terpelihara oleh tradisi. Bukan kemudian benda sejarah ditemukan di hutan mungkin kemudian dirawat lagi maka masuk kategori cagar budaya” Jelas Pak Darmo.

“Itu pendapat bapak ya,, tapi pendapat lain ada juga dong pak?,” kata Teguh ikut berpendapat.

“Apa kamu tahu pendapat lain itu apa?”. Tanya Pak Darmo pada Teguh.

“Ya saya kan tidak tahu, bapak yang bilang bapak punya pendapat sendiri, berarti ada pendapat lain yang bapak belum sampaikan” Teguh meluruskan maksud.

“owh nagih ini maksudnya.." Sahut Pak Darmo bernada canda. (dibalas tawa oleh seisi kelas). 

"Ok, ada sebagian pendapat, syarat waktu kebendaan untuk menjadi cagar budaya adalah lima puluh tahu, ada juga yang bilang lebih dari itu. Sekarang saya tanya, apakah rumah yang ditempati Teguh yang diwariskan oleh neneknya lima puluh tahun lalu kepada orang tua Teguh dan kemudian kelak diwariskan juga pada teguh apa itu akan disebut sebagai benda cagar budaya?”

Mahasiswa yang ada dalam ruangan nampak semua mengerutkan dahi, tanda mereka berpikir. Damar ragu-ragu ingin menjawab, Teguh juga tidak berani bersuara.

“Ya tidak pak,” sahut Kamal.

“Kenapa tidak” tanya Pak Darmo lagi.

“Yaaaa... mungkin karena rumah itu jadi sengketa warisan keluarganya Teguh pak Dosen”. Jawab Kamal berkelakar.

Semua yang ada dalam ruang tertawa terbahak-bahak. Dosen muda itu pun ikut tertawa. Teguh tampak merengut, memasang muka kesal pada Kamal sambil mulutnya komat-kamit tanpa bersuara.

Mereka terus berdiskusi, mengenai sejarah dan cagar budaya, sampai akhirnya Pak Darmo memberi tugas membuat makalah kelompok dan minggu depan dipresentasikan di depan kelas.

Baca Juga: Cerita Sebelumnya

Tentang Novel

Aras Aras | Anak-anak Negeri adalah novel yang menceritakan Tentang Kepemudaan, Novel ini akan dimuat dalam Blog Aras Atas secara berkala.

Novel ini menceritakan sekelompok pemuda yang sedang menempuh pendidikan Strata 1 di Surabaya. Mereka datang dari berbagai daerah. Tokoh dalam Novel di antaranya Damar, Yanto, Imad, Tomy, Dani, Amar dan Amir (Si Kembar). Mereka semua adalah pemuda yang sedang haus akan Ilmu Pengetahuan dan Penempaan Diri sebagai Pemuda. Mereka banyak mendiskusikan realitas kehidupan, sebagian dari yang mereka diskusi dalam Novel adalah adaptasi dari realitas yang sesungguhnya, namun dikemas menjadi dialog novel. Lanjut Baca

Rate This Article

Thanks for reading: Anak-Anak Negeri Novel Tentang Kepemudaan : Cagar Budaya, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //