Anak-Anak Negeri
Tentang Kepemudaan
Batu
“Mbahnasi satu”..
“iya ditunggu Damar,, Ada kuliha pagi? Tanya
Mbah.
“Iya Mbah”
“Mana temannya”
“Imad maksudnya?”
“Iya Imad”…..
“Belum ketemu, mungkin langsung ke Kampus, Mbah”.
“Pak Sand ndak mampir Mbah?” tanya Damar…
“Belum Nak Damar, kenapa?”
“heheheh nggak juga, tanya saja”.
“Silahkan makan dulu, biar semangat kuliahnya”..
kata Mbah Mejan.
Sembari menikmati sarapan pagi, Damar terus
memperhatikan arah pintu masuk, ia memang ingin bertemu pak Sand hari ini. tapi
pak Sand belum juga nampak sementara Jam kuliah perlahan menyusul.
“Mbah, berapa sama minum satu?”..
“7 ribu saja, lo udah mau brangkat,” tanya Mbah,
“Iya Mbah, sebentar lagi jam kuliahnya dimulai”.
“Mbah, kalau pak Sand datang, tolong titip ini,”
sambil menyodorkan batu dan saju jilid tulisan..
“Owh, iya nanti Mbah sampekan,,,,,.. ada lagi nak
Damar?”
“Itu saja,, kalau Pak Sand tidak datang, nanti
saya ambil lagi ya Mbah”
“Yaa, yaa,, hati-hati ke kampusnya”.
“Iya Mbah, terimakasih, mari Mbah”.
“Iyaa”. Sahut Mbah, sambil tersenyum melihat batu
dan tulisan titipan Damar untuk Pak Sand. Mbak Mejan pasti sudah bisa menebak
apa maksud dari itu.
Ternyata Damar ingin menyerahkan saju jilid
tulisan dan batu yang pernah diserahkan Pak Sand padanya, lantas berkata
“belajar pada ini”…..
47 menit berselang, Pak Sand datang setelah Damar
kehilangan jejaknya. Dengan pakaian kemeja santai Pak Sand nampak rapih sekali, tas
kulit yang ia tenteng, kaca mata bening nemambah penampilannya bak seorang Diplomat.
“Sand,, Baru saja Damar pergi”.. Kata Mbah Mejan.
“Owh,, Dia mampir juga”
“Iya,, tanya sampean tadi”,,
“Owh,,, Kopinya Mbah... Damar tanya apa?”. Pak Sand
memastikan lagi
“Iya dari tadi anak itu nampak gelisah, tanyain
kamu sampe berkali-kali, Ini ada titipan dari Damar, katanya buatmu, dia tidak
bisa nunggu karena ada jam kuliah”
“Apa itu Mbah?”….. tanya Pak Sand penasaran, tapi
Mbah langsung geser tak menjawab sambil menyiapkan kopi pesanan Pak Sand.
Pak Sand teringat batu ini pernah ia berikan pada
Damar beberapa minggu lalu. Tapi ada satu jilid tulisan judulnya “Batu”.. Pak
San membuka halaman pertama yang mejelaskan beberapa definisi mengenai
batu-batuan, halaman dua menjelaskan kegunaan batu dari berbagai zaman/sejarah.
Beberapa lembar bagian akhir lebih membuat pak Sand kagum, Damar menulis batu
dari berbagai sudut pandang kehidupan manusi.
Pak Sand nampak heran dan kagum, ternyata anak
ini punya keunikan yang menarik. Keseriusanya membuat Pak Sand kagum. Pak Sand
sama sekali tidak menyangka jika Damar menyusun tulisan hingga berlembar-lembar
mengenai batu dan bebatuan. Menggambarakan sosok anak muda yang punya spirit
belajar yang tinggi, ia membaca sambil tersenyum karena membaca pemaparan Damar
dalam tulisan itu. Koran yang biasanya menjadi bacaan favoritnya setiap pagi
nampak diacuhkan, Mbah Mejan yang memperhatikannya senyum-senyum saja.
Sudah 20 menit dia duduk dan membaca. Pukul 09.14 Pak Sand
pamit menuju kantor.
“Mbah, nanti sampaikan sama Damar, titipannya
sudah saya terima. Sampaikan juga, kalau sempat main-main saja ke rumah. Ayo
Mbah saya pamit”
“Iya Sand, nanti saya sampaikan..” Sahut
Mbah……………………..
Waktu terus berputar, silih berganti pelanggan
Mbah Mejan berdatangan, mereka singgah bercengkrama memotong waktu menunggu jam
kuliahnya
masing-masing. Suasana seperti ini setiap hari Mbah Mejan lalui, waktu ke
waktu, angkatan demi angkatan kuliah, hingga generasi berganti generasi Warung
Mbah Mejan menjadi tempat persinggahan, kadang Mbah menyebut mereka "tamu
waktu", entah apa maknanya, hanya Mbah yang tahu.
Pukul sebelas Damar kembali dari kampus mencari
minuman segar di warung Mbah Mejan, mamanjakan kerongkongan sedapat mungkin
mengeringkat keringat dipelipis. Ia memesan beberapa makanan ringan, perut pun
menagih dimanjakan seperti kerongkongannya. Bersama dengan Imad iya menikmati
waktu siangnya, membaca Koran-koran langganan Mbah, tak ada berita yang
menggembirakan hati, semua hanya cerita politik yang kian kering dari kemajuan.
Ditemani Imad ia berbincang seputar mata kuliah yang mereka terima tadi pagi,
semua berjalan landai.
“Nak Damar, titipannya tadi sudah
Mbah sampaikan”
“Terimakasih Mba.,, Pak Sand lama di
warung, Mbah? ”
“Ndak, ndak lama, mampir ngopi saja..
Ada salam dari Pak Sand.. Kalau ada waktu diundang main ke rumahnya”
“Iya, Mbah Terimaksih”
Mbah meyampaikan titipannya sudah diterima sama
Pak Sand, dan Pak Sand memintanya main-main kerumahnya. Damar nampak ceria
karena Pak Sand mengundangnya untuk silaturahmi kerumahnya, kabar ini cukup
menutupi rasa lelahnya seharian dan kabar dari koran yang tak asyik ia baca.
Tentang Novel
Aras Aras | Anak-anak Negeri adalah novel yang menceritakan Tentang Kepemudaan, Novel ini akan dimuat dalam Blog Aras Atas secara berkala.
Novel ini menceritakan sekelompok pemuda yang sedang menempuh pendidikan Strata 1 di Surabaya. Mereka datang dari berbagai daerah. Tokoh dalam Novel di antaranya Damar, Yanto, Imad, Tomy, Dani, Amar dan Amir (Si Kembar). Mereka semua adalah pemuda yang sedang haus akan Ilmu Pengetahuan dan Penempaan Diri sebagai Pemuda. Mereka banyak mendiskusikan realitas kehidupan, sebagian dari yang mereka diskusi dalam Novel adalah adaptasi dari realitas yang sesungguhnya, namun dikemas menjadi dialog novel. Lanjut Baca
Rate This Article
Thanks for reading: Aras Atas: Anak-Anak Negeri Tentang Kepemudaan - Batu, Sorry, my English is bad:)